Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
KANKER serviks (leher rahim) adalah jenis kanker yang paling banyak diderita kaum perempuan di Indonesia. Minimnya gejala di tahap awal membuat penyakit itu kerap kali baru ditemukan sesudah sampai di stadium lanjut. Karena itu, penting bagi perempuan untuk melakukan upaya deteksi dini dengan pemeriksaan pap smear. Sayangnya, banyak perempuan di Indonesia enggan menjalani pemeriksaan itu karena malu. "Kebanyakan perempuan malu dan risih untuk melakukan pap smear karena dulu kampanye pap smear harus dilakukan perempuan yang sudah menikah. Hambatan itu ditambah minimnya edukasi tentang kanker serviks membuat penyakit tersebut menduduki peringkat pertama kanker yang paling banyak diderita perempuan," terang dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Siloam Hospitals, Ardiansjah Dara, dalam seminar pencegahan kanker serviks di Jakarta, Sabtu (16/2).
Ia menjelaskan, kanker serviks disebabkan infeksi human papillomavirus (HPV). Virus HPV menginfeksi daerah genital, lama-kelamaan naik ke leher rahim. Pada tahap awal, infeksi HPV tidak menunjukkan gejala mengganggu. Umumnya, dibutuhkan waktu 10-20 tahun dari awal infeksi HPV hingga menjadi kanker.
Infeksi HPV, sambung Dara, umumnya ditularkan melalui hubungan seksual, sentuhan pada kulit di area kelamin, dan penggunaan pakaian dalam secara bergantian. "Rute transmisi virus HPV tidak seperti HIV bahwa pakai kondom aman. Raba-raba atau oral seks ke daerah genital juga bisa tertular," papar Dara.
Pap smear, lanjutnya, bertujuan mendeteksi kelainan sel di awal infeksi HPV yang berpotensi menjadi kanker. Pap smear dilakukan dengan cara mengambil sebagian kecil jaringan pada serviks. Perempuan, baik yang sudah menikah ataupun belum, tetapi sudah aktif berhubungan seksual, sebaiknya rutin melakukan pap smear satu tahun sekali.
"Di Eropa orang mulai melakukan aktivitas seksual dari usia muda. Kenapa di sana angka penderita serviksnya lebih rendah dan di Indonesia tinggi? Karena screening (deteksi dini) minim. Ini juga dipengaruhi faktor budaya dan edukasi. Kadang orang masih merasa risih untuk melakukan pemeriksaan organ intimnya," kata dia.
Vaksinasi HPV
Dokter Dara mengingatkan para perempuan khususnya yang belum aktif secara seksual untuk melakukan pencegahan kanker serviks dengan vaksinasi HPV. Kanker serviks, ujarnya, merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah dengan vaksin.
Virus HPV punya banyak sekali jenis, tetapi yang berbahaya ialah virus tipe 16 dan 18. Vaksin HPV yang ada di Indonesia yang sudah bertipe quadrivalent efektif menangkal tipe virus tersebut termasuk jenis HPV penyebab kutil kelamin. Saat ini, sambungnya, tengah dikembangkan vaksin dengan nanovalen atau terdiri atas sembilan strain virus HPV. Namun, itu belum masuk ke Indonesia.
Pemberian vaksin HPV disarankan WHO ialah pada usia 10-55 tahun. "Akan lebih efektif apabila diberikan pada usia remaja. Tidak harus menunggu haid terlebih dahulu," pungkasnya. (Ind/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved