Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penderita gangguan irama denyut jantung tidak teratur atau atrial fibrilasi (AF) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami stroke. Karena itu, terapi mengatasi AF sangat penting untuk mencegah kefatalan itu. Teknik ablasi menjadi pilihan terapi yang efektif.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Siloam Heart Institute, Antono Sutandar, menjelaskan ablasi merupakan prosedur operasi yang menggores area jaringan jantung sumber impuls elektrik tidak teratur yang menyebabkan AF.
“Ablasi menggunakan radio frekuensi untuk merusak jaringan tertentu di jantung agar tidak lagi menghasilkan sinyal elektrik keliru yang mengakibatkan kelainan irama denyut jantung,” tutur Antono di acara diskusi media bertajuk Kelainan Irama Jantung dan Penyakit Jantung Koroner di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta, kemarin.
Ia menjelaskan gangguan irama jantung dapat menyebabkan stroke sebab irama jantung yang tidak teratur memudahkan terjadinya gumpalan darah di dalam organ jantung, terutama pada bagian yang disebut kuping jantung. Gumpalan darah tersebut dapat terbawa aliran darah, keluar dari jantung menuju pembuluh darah otak dan menyebabkan sumbatan di sana hingga timbullah stroke.
Obatan-obatan, tutur Antono, sebenarnya dapat mencegah terjadinya stroke pada pasien gangguan irama jantung. Dengan mengosumsi obat pengencer darah, risiko terjadinya penggumpalan darah di jantung itu bisa ditekan. Akan tetapi, ada pasien yang mengalami risiko pendarahan jika diberi obat-obatan pengencer darah. Pasien dengan kontraindikasi tersebut disarankan untuk melakukan prosedur ablasi.
“Obat-obatan diberikan pada pasien gangguan irama jantung. Tapi kalau pasien kurang dapat menoleransi obat pengencer darah itu, dilakukan operasi ablasi,” terang Antono yang juga Wakil Direktur Siloam Heart Institute.
Faktor penyebab
Selain AF, Antono menjelaskan terdapat jenis-jenis gangguan irama jantung lainnya, yaitu denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat. Denyut jantung yang terlalu cepat biasanya ditandai dengan keluhan jantung berdebar-debar dengan denyut di atas 120-150 per menit secara tiba-tiba dan penderita mudah lelah atau mengalami sesak napas. Lalu, gangguan irama jantung yang lambat, biasanya ditandai dengan keluhan cepat lelah hingga penderita bisa pingsan.
“Pada gangguan irama jantung dengan irama lambat bisa diatasi dengan alat pacu jantung agar jantung berdenyut normal,” kata Antono.
Adapun penyebab gangguan irama jantung di antaranya kelainan katup jantung, kelainan genetik, atrium jantung yang membesar akibat hipertensi, atau kelainan tiroid. (Ind/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved