Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

PLTU Paiton Ramah Lingkungan

Cahya Mulyana
30/12/2017 11:09
PLTU Paiton Ramah Lingkungan
(Foto dari udara, PLTU Paiton Probolinggo, Jatim---ANTARA/Eric Ireng)

PEMBANGKIT Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton 1 dan 2, Jawa Timur, membuktikan kepada masyarakat Indonesia dan dunia bahwa batu bara sebagai sumber energi listrik ramah lingkungan.

Hal itu dikuatkan dengan pengakuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang memberikan Proper Emas, yakni penghargaan tertinggi untuk perusahaan yang peduli lingkungan.

“Kami ingin menepis anggap­an PLTU merusak ekosistem, mencemari lingkungan, atau mengganggu mata pencaharian masyarakat. Pada 2017, Unit Pembangkitan (UP) Paiton 1 dan 2, yakni salah satu pembangkit PT PJB (Pembangkitan Jawa Bali), mendapatkan Proper Emas dari KLHK,” kata General Manajer UP Paiton 1 dan 2 Mustofa Abdillah di kompleks PLTU itu, kemarin (Jumat, 29/12).

Ia menjelaskan penghargaan dari KLHK itu dibangun melalui visi misi PT PJB. Sebagai anak usaha PLN, tambahnya, PT PJB ingin mewujudkan seluruh pembangkitnya selaras dengan alam, lingkungan, dan masyarakat.

“Itu wujud nyata selaku insan PLN yang harus menjaga lingkungan, meningkatkan hubungan dengan masyarakat, dan mengembangkan ekonomi masyarakat. Jadi, dalam setiap aktivitas kami menjunjung komitmen tersebut,” paparnya.

Menurut Mustofa, UP Paiton 1 dan 2 yang menggunakan sumber energi batu bara dalam menghasilkan listrik, mampu menjaga lingkungan dan mengembangkan ekonomi masyarakat. Hal itu terwujud melalui kemampuan menekan tingkat polusi sehingga gas buang batu bara tidak mencemari udara dan stabilitas ekosistem terjaga.

Dengan begitu, lanjutnya, udara di lingkungan UP Paiton 1 dan 2 tetap asri. Bahkan 600 meter dari pusat pembangkit terdapat kawasan terumbu karang yang sangat indah berikut keragaman hayati di dalamnya.

Lakukan pengembangan
Ia juga mengatakan UP Paiton 1 dan 2 yang memiliki kapasitas 2 x 400 megawatt (Mw) dan mulai beroperasi pada 1993 dan 1994, mampu bersinergi dengan lingkungan. “Kami tidak meng­anggap UP ini tua karena selalu melakukan pengembangan, mengoperasikan sesuai dengan SOP (prosedur operasional standar) dan terus menjaganya agar selaras dengan lingkungan dan masyarakat,” ujarnya.

Mustofa menjelaskan pengembangan yang dilakukan UP Paiton 1 dan 2 berhasil menjuarai sejumlah perlombaan inovasi tingkat nasional. Bentuk efisiensinya melalui redesain terhadap komponen dan pengembangan turbin supaya bahan bakar yang dibutuhkan semakin sedikit, tetapi dengan produksi listrik yang sama.

Inovasi tersebut juga bertujuan memastikan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik lebih efisien. Saat ini, kata dia, BPP listrik di PLTU Paiton sekitar Rp513 per kilowatt hour (kWh). “Bentuk efisiensinya seperti ready set terhadap komponen yang bisa meningkatkan efisiensi, meningkatkan pengembangan turbin supaya bahan bakar yang dibutuhkan semakin sedikit, tetapi dengan produksi listrik yang sama,” paparnya.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Operasional I PJB Su­gianto mengatakan Proper Emas yang diraih UP Paiton 1 dan 2 telah dinanti lama. Unit pembangkit itu harus bersaing dengan ribuan perusahaan lain.

Prestasi itu sekaligus mematahkan opini publik yang menyebut kehadiran pembangkit listrik berbahan bakar batu bara bisa mencemari lingku­ngan. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya