Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
KEBERHASILAN Kepolisian RI menyergap kelompok Dr Azhari di Batu, Jawa Timur, pada 2005 merupakan pembuktian bagi publik dalam maupun luar negeri.
Penyergapan yang menewaskan Dr Azahari tersebut sudah lama dinantikan karena sang dokter diyakini sebagai otak serangkaian aksi bom.
Irjen Purnawirawan Bekto Suprapto, yang ketika peristiwa penyergapan Dr Azahari menjabat sebagai Komandan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, mengungkapkan aksi tersebut merupakan hasil kerja tim yang komplet dan sangat solid.
"Kami melakukan pengerjaan komplet ada analisis data elektronik, undercover, sehingga ditentukan mereka sangat dicurigai," kata Irjen (Purn) Bekto.
Investigasi di lokasi yang mereka lakukan selama seminggu dijalankan dengan sangat detail.
Tim Detasemen Khusus 88 menyewa lima rumah di sekitar rumah yang diyakini sebagai persembunyian Dr Azhari.
Dengan cara itu pula tim kepolisian bisa memantau setiap gerak-gerik, bahkan memperkirakan jumlah penghuni dari jumlah jemuran pakaian mereka.
Anggota Detasemen Khusus 88 juga menyamar sebagai warga biasa.
Irjen (Purn) Bekto pun mengungkapkan asumsi salah yang selama ini beredar.
Banyak desas-desus menyebutkan Dr Azhari tewas karena bunuh diri dengan bom yang ada di tubuhnya atau pistol yang dibawanya.
Kenyataannya, pria asal Malaysia itu tertembak oleh tim Walet Hitam.
"Azhari mati tertembak, di badannya masih ada bom. Kejadiannya sangat berbahaya. Yang sudah diledakkan 11 bom untuk melempar polisi," ungkap Irjen (Purn) Bekto.
Bahkan saat penyerbuan dilakukan, masih ada 43 bom yang sudah siap meledak.
Sayangnya, harapan orang jika gerakan teroris akan berhenti setelah tewasnya Dr Azhari tidak terwujud.
Ibarat virus, jaringan dan sel-sel teroris terus hidup dan membiakkan diri.
Jaringan teroris yang ada di dalam negeri sudah begitu besar dan terkait langsung dengan jaringan transnasional, IS.
Hal inilah yang ditekankan pemerhati terorisme, Irjen (Purn) Ansyaad Mbai.
"Ini perlu kita sadari, teroris tidak seperti kejahatan biasa, mereka cari mati demi ideologi untuk khilafah berdasarkan syariat. Yang paling berbahaya mereka berpikir meraka berada di lautan kafir semua dan mereka harus menghancurkan semua karena berpikir mereka Islam yang sebanarnya," paparnya.
Dari kisah para pelaku bom inilah kemudian pesan yang paling kuat dalam buku Misi Walet Hitam-Menguak Misteri Teroris Dr Azhari dimunculkan.
Yakni, diperlukan kebersamaan untuk bisa menghancurkan paham radikal.
"Mereka awalnya orang biasa, kemudian radikal dan tapi berubah menjadi luar biasa. Mereka sudah Pancasila, bahkan beberapa di antara mereka safari menyebarkan deradikalisme. Intinya semua yang dilakukan Polri ujungnya ialah penegakan hukum," tutup Komjen Arif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved