Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
YAYASAN Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta menyosialisasikan kebugaran dengan metode Motor Activity Training Program (MAPT) untuk pertama kalinya di Indonesia. Sosialisasi dilakukan untuk merayakan Hari Cerebral Palsy (CP) sedunia, MATP ditujukan untuk anak-anak yang mengalami kekurangan terkait dengan intelektual disabilitas dan motorik. Mereka anak-anak yang mengalami gangguan limitasi gerak yang berkaitan dengan gangguan pada gerak tubuh.
MATP yang didasarkan pada konsep optimalisasi tumbuh kembang gerakan bisa menjadi aktivitas stimulasi bagi anak-anak penderita CP agar bisa bergerak. Manajer Layanan Terapi YPAC Jakarta Jeri N Sumual mengatakan ada lima aktivitas yang dilakukan dengan metode MATP. Pertama, mobilitas aktivitas berguling dan tunnel mengarah ke olahraga senam. Kedua, balancing dan dexterity yang merupakan aktivitas di papan titian dan trampolin mengarah ke aktivitas atletik.
Ketiga, striking dan dexterity merupakan aktivitas memukul yang mengarah ke bulu tangkis. Keempat, kicking merupakan aktivitas menendang yang mengarah ke sepak bola. Kelima, aquatic yang merupakan aktivitas di kolam renang yang mengarah ke olahraga air. “Kami sudah melakukan kegiatan dan banyak anak kami yang kesulitan melewati kelima pos tersebut. Tapi, itu bukan masalah karena tujuan kita bagaimana mereka bisa terstimulasi. Dari stimulasi yang kita berikan ini akan berdampak pada fungsional tubuh mereka,” ujar Jeri di tengah perayaan Hari Cerebral Palsy sedunia di YPAC Jakarta, Jumat (20/10).
Ia juga mengatakan permasalahan motorik menjadi fokus yang harus diperhatikan karena hanya sedikit jenis olahraga dan aktivitas fisik yang dapat dilakukan anak-anak penyandang CP. MAPT diharapkan dapat menjadi wacana baru bagi orangtua dan masyarakat bahwa anak-anak penyandang CP memiliki potensi untuk lebih baik di masa depan. “Ada anak yang awalnya tidak bisa berjalan dan harus menggunakan tongkat atau kursi roda, sekarang sudah bisa berjalan, walaupun masih dipegangi. Karena itu, kami sangat mengedepankan kemandirian anak serta bisa memberikan solusi terbaik untuk mereka,” kata Jeri. (*/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved