Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
TERKAGET-KAGET Ricky Ismail Soerapoetra melihat pemandangan saat menyelam di perairan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu.
Bukan keindahan, ia justru mendapati kursi, pakaian, sepatu, popok, bahkan kasur.
"Saya bersama penyelam lain sampai geleng-geleng kepala. Ya karena itu, di bawah laut itu sudah seperti di darat, sampahnya banyak banget sampai miris kita lihatnya," tutur Ricky ketika dijumpai di Baywalk Mall Pluit, Kamis (21/9).
Begitu menyedihkannya pemandangan dalam laut di perairan sekitar Kepulauan Seribu membuat ia tergerak.
Sudah beberapa tahun ini pria yang merupakan Ketua Umum Masyarakat Selam Indonesia tersebut menjalankan gerakan bersih sampah laut bersama rekan-rekannya.
Pengalaman Ricky mengenai sampah laut tersebut juga menguatkan buruknya kondisi perairan Indonesia.
Selama ini berita mengenai sampah laut Tanah Air sudah banyak dilaporkan.
Bahkan pertengahan September ini dunia juga geger akibat foto milik fotografer alam bebas asal Amerika Serikat Justin Hofman.
Foto yang diambil di perairan Sumbawa pada Desember 2016 itu memperlihatkan seekor kuda laut yang membawa cotton bud di ekornya.
Pemandangan itu sungguh miris karena umumnya kuda laut berpegang pada lamun atau rumput laut.
Masuknya foto tersebut sebagai finalis ajang Wildlife Photographer of the Year pada September 2017 membuat masyarakat dunia cemas akan laut Indonesia.
Kondisi perairan Indonesia layaknya darurat sampah laut.
Terlebih, sebelumnya telah ada studi yang menyebut Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah laut terbesar di dunia.
Menurut data yang dilansir peneliti lingkungan asal Universitas Georgia AS, Jenna Jambeck, Indonesia ialah negara yang termasuk dalam kategori penyumbang sampah laut nomor dua di dunia setelah Tiongkok.
Sampah yang disumbang Indonesia ke lautan dunia mencapai 3 juta ton setiap tahunnya.
Sampah yang tersebar di laut itu bukan saja merusak ekosistem laut, melainkan juga membahayakan kesehatan manusia.
Sampah maupun residunya dapat termakan oleh ikan yang menjadi komoditas pangan manusia.
Aksi pemuda
Sadar akan kondisi kondisi lautan yang penuh dengan sampah, Divers Clean Action (DCA) membentuk sebuah acara bernama Indonesian Youth Marine Debris Summit (IYMDS).
Acara ini nantinya akan mengumpulkan sebanyak 70 pemuda-pemudi dari berbagai daerah untuk diberi pendidikan serta pemahaman secara mendalam soal sampah laut.
Swietenia Puspa Lestari, pendiri DCA, mengatakan pertemuan ini akan menjadi sebuah kesempatan emas bagi generasi muda untuk memberikan kontribusi positif terhadap keselamatan laut Indonesia.
Saat ini masyarakat usia produktif di Indonesia memiliki peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat.
"Kenapa kita sasar pemuda? Karena usia muda yang produktif bisa memberikan informasi yang cepat kepada masyarakat banyak. Itu kami perlukan supaya aksi-aksi mereka ini bisa dengan cepat disebarkan kepada masyarakat banyak agar tidak lagi membuang sampah ke laut," terang Swietenia.
Nantinya, sebanyak 70 peserta yang sudah berhasil melewati tahapan seleksi akan mengikuti serangkaian kegiatan pada 24- 29 Oktober 2017.
Pemuda berusia 18-25 tahun tersebut akan mengikuti pelatihan, perjalanan lapangan, dan rencana aksi.
Perjalanan lapangan itu termasuk kegiatan menyelam yang akan dilakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, supaya peserta mendapatkan gambaran langsung bagaimana sampah laut bisa memengaruhi kehidupan.
"Nah baru nanti action plan-nya akan dilakukan selama satu tahun. Selama rentang waktu tersebut, diharapkan ada solusi nyata dalam memecahkan masalah sampah laut di berbagai daerah pesisir, khususnya pulau-pulau kecil di Indonesia," ujar Swietenia yang juga menjabat sebagai Ketua Steering Committee IYMDS itu.
Selain aksi yang akan dilakukan ini, Swietenia terus mendorong masyarakat agar mau membuang sampah pada tempatnya sehingga dapat memiliki nilai jika didaur ulang.
Jika sampah dibuang ke laut, selain sudah tidak memiliki nilai, sampah tersebut akan menjadi sangat 'mahal'.
"Mahal dalam artian di sini bukan karena harga atau nilainya, melainkan biaya untuk mengambil sampah tersebutlah yang mahal. Untuk mengambil sampah seberat 1 kilogram di dasar laut itu bisa membutuhkan biaya kurang lebih Rp1 juta," tegasnya.
Bantah
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyambut baik aksi bersih-bersih sampah di laut oleh pemuda pemudi Tanah Air.
Menurutnya, inisiasi tersebut baik untuk membantu pemerintah mengurangi jumlah sampah tersebut.
"Itu bagus sekali karena secara tidak langsung membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah sampah yang ada di laut Indonesia," terang Dirjen Pengelolaan Sampah KLHK Sudirman di Jakarta, Selasa (26/9).
Namun, Sudirman membantah anggapan Jenna Jambeck perihal Indonesia menjadi penyumbang sampah laut nomor dua terbesar di dunia setelah Tiongkok.
Menurutnya, pemerintah sudah berupaya melakukan banyak hal untuk mereduksi sampah di darat untuk sampai laut.
"Kita sudah melakukan berbagai upaya seperti membangun bank sampah, melakukan proses daur ulang sampah secara besar-besaran, dan mengelola sampah itu sendiri. Jadi saya tidak tau itu data dari mana," tegas Sudirman.
Sementara itu, dirinya tidak mengetahui secara pasti jumlah total sampah yang ada di laut.
Namun, ia bisa memperkirakan angka yang dikeluarkan Jenna Jambeck tidaklah akurat.
Sudirman memaparkan total sampah nasional sebesar 64,7 juta ton setiap tahunnya.
Dari angka tersebut, 70%-80% sudah ditangani pemerintah dan hanya sekitar 15%-20% yang mungkin masuk ke laut.
"Jadi saya pikir data tersebut tidak akurat. Memang kita tidak punya data pasti soal jumlah sampah yang ada di laut karena LIPI menyebut menghitung jumlah sampah di laut agak sulit," pungkasnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved