Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Jemaah Rela Pakai Baju Berlapis Asalkan Oleh-Oleh Terbawa

Siswantini Suryandari
21/9/2017 15:00
Jemaah Rela Pakai Baju Berlapis Asalkan Oleh-Oleh Terbawa
(MI/Siswantini Suryandari)

CINTA cucu. Itulah yang membuat Wija dan Saronah, jemaah haji asal Tegal, Jawa Tengah dari Kloter SOC 48 Embarkasi Solo, membeli banyak mainan untuk oleh-oleh. Sayangnya belanja untuk oleh-oleh jadi berlebihan dan tidak muat dimasukkan ke dalam tas jinjing.

Sementara koper mereka sudah masuk bagasi pesawat. Akhirnya petugas membongkar tas dan membuang kardus-kardus pembungkus mainan. Sang pemilik barang terpaksa memakai baju tiga lapis, agar mainan anak-anak bisa masuk tas jinjing.

" Saya terpaksa pakai tiga mukena sekaligus. Jadi empat lapis ini ditambah baju yang saya pakai saat berangkat. Sajadah saya kalungkan juga," kata Wija saat ditemui di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah, Kamis (21/9).

Dia tidak masalah mengenakan baju empat lapis asalkan oleh-oleh untuk 12 cucunya masuk ke tas. Rekannya Saronah juga melakukan hal sama. Selain tiga lapis baju ditambah dengan sajadah. Ia pun membagikan buah-buahan apel, jeruk dan anggur yang selama ini ia kumpulkan dari jatah makan siang dan makan malam selama di Madinah.

"Saya sudah janji pada cucu-cucu untuk membelikan oleh-oleh. Buah-buahan saya bagikan ke teman-teman. Tadinya akan saya makan di dalam pesawat," ujar Saronah.

Masalah kelebihan barang juga dialami sejumlah jemaah. Terutama mereka nekat membawa jeriken berisi air zamzam. Petugas-petugas dengan halus menyapa para jemaah agar tidak membawa air zamzam. "Semua air zamzam ditinggalkan di bandara," kata Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat saat menyapa jemaah yang membawa air zamzam dalam satu jeriken kecil.

Para jemaah akhirnya mematuhi dan terpaksa membuang jeriken atau botol-botol plastik berisi air zamzam. Padahal para jemaah haji Indonesia mendapatkan pembagian air zamzam sebanyak 5 liter yang dibagikan di Embarkasi.

"Saya juga tahu ada pembagian itu. Anak saya mengabari kalau air zamzam sudah dikirim sampai di rumah," kata Mamuroh, asal Tegal yang sehari-harinya berjualan sembako.

Di tengah hiruk pikuk pemulangan para jemaah haji gelombang kedua pada hari pertama ini, sejumlah jemaah menyampaikan rasa terimakasih kepada para petugas haji yang melayani jemaah dengan cukup baik.

"Para petugas cukup baik melayani kami. Bahkan saat saya sakit jantung dan dirawat di ICU Klinik Kesehatan Haji Indonesia di Mekkah, perhatiannya luar biasa. Padahal itu klinik tapi fasilitasnya seperti rumah sakit. Ini yang membuat saya semangat pengen sembuh," ujar Heri Sunarto asal Purwokerto, yang sempat dirawat tiga hari di KKHI Mekkah pasca pelaksanaan haji.

Hal sama juga disampaikan oleh Sahidin, asal Tegal yang sehari-harinya bekerja sebagai petani. " Menjelang pelaksanaan wukuf di Arafah saya harus diinfus. Tapi alhamdulillah pas saat di Arafah saya sudah pulih. Cuma saat lempar jumrah dibadalkan oleh ketua rombongan," ujarnya dengan senyum lega.

Sejumlah jemaah haji lainnya juga memuji pelayanan yang cukup bagus. " Dimana-mana ada orang yang bisa berbahasa Indonesia yang membantu kami berkomunikasi. Apalagi seperti saya orang desa dan tidak pernah ke luar negeri," kata Bambang Suprianto asal Purwokerto yang sudah pernah berhaji pada 2011.

Dia menambahkan pelayanan haji pada 2011 dengan sekarang jauh berbeda. " Sekarang banyak kemajuan. Untuk masukannya, diperbanyak petugas di Mina karena kemarin itu penyebaran petugas belum merata," pungkasnya.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya