Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
MENJELANG H-1 pemulangan jemaah haji Indonesia gelombang dua dari Madinah, sebanyak enam kloter sudah melaksanakan penimbangan koper yang ditaruh di bagasi pada Selasa (19/9).
Dalam peraturan yang dikeluarkan Panitia Pelaksana Ibadah Haji Arab Saudi, berat koper maksimal 32 kg, dan tas jinjing yang ditaruh di kabin maksimal 7 kg.
Untuk mengantisipasi kelebihan muatan, jemaah haji membeli timbangan sendiri. Hal ini dilakukan oleh jemaah haji Kloter JKS 49 Embarkasi Jakarta-Bekasi.
Ketua Kloter JKS 49, Warsono mengatakan ada tiga jemaah yang membeli timbangan, dan digunakan oleh seluruh jemaah untuk menimbang koper.
"Sebelumnya saya sebagai ketua kloter sudah mengumpulkan ketua rombongan untuk menyosialisasikan soal berat maksimal koper di bagasi dan kabin. Apa saja yang tidak boleh dibawa," terang Warsono, di Madinah, Selasa (19/9).
Karena khawatir terjadi kelebihan muatan, ada jemaah berinisiatif membeli timbangan dan dimanfaatkan ramai-ramai oleh jemaah.
Hasilnya? Kloter JKS 49 yang membawa 409 jemaah dari Kabupaten Subang, Jawa Barat ini tidak ada yang kelebihan berat pada koper mereka.
"Dari 409 jemaah, yang pulang pada Kamis (21/9) hanya 408 jemaah. Satu orang masih dirawat di rumah sakit Arab Saudi. Seluruh koper bagasi tidak ada yang kelebihan muatan. Mereka juga sudah mematuhi untuk tidak membawa air zamzam. Adapun parfum saya sudah sosialisasikan tidak boleh di atas 100 mililiter (ml)," kata Warsono.
Demikian juga di Kloter SUB 44 yang membawa jemaah dari Kota Batu, Jawa Timur berjalan dengan lancar. Mayoritas jemaah memahami dan melaksanakan perintah ketua kloter.
Namun di kloter SUB 46, yang membawa jemaah haji dari Bali tidak demikian. Ada satu jemaah yang membawa koper melebihi berat yang ditentukan.
Petugas penimbang dari Air Gate Arab Saudi, mengatakan berat koper 38 kg dan harus dikurangi 6 kg. Hal itu membuat Ahmad Firdaus, jemaah haji pemilik koper didampingi istrinya marah. Koper yang isinya penuh dengan baju dan kurma dibongkar oleh petugas penimbang. Salah satunya yang dikeluarkan adalah kurma yang dibungkus dalam toples. Ia pun kesulitan menutup kembali kopernya. Bahkan sampai lima orang membantu menutup koper tersebut. Lamanya proses pengepakan koper itu membuat Ahmad Firdaus marah, dan memaki-maki wartawan. Ketua rombongannya pun ikut jadi sasaran kemarahan.
Menurut ketua rombongan, jemaah yang bersangkutan paling lama menyerahkan koper dan isinya paling banyak.
Syarfi Iqbal, petugas monitoring penimbangan dari Maskapai Saudia Airlines menjelaskan dari hari pertama penimbangan bagasi masih dijumpai adanya jemaah yang membawa koper melebihi berat yang ditentukan.
"Mungkin petugasnya kurang menyosialisikan atau jemaahnya yang ngeyel. Air zamzam sesuai ketentuan keselamatan penerbangan tidak boleh dibawa," kata Syarfi di sela-sela memonitor penimbangan di hotel tempat menginap para jemaah Kloter JKS 49.
Setelah penimbangan, koper-koper dibawa ke gudang di Bandara, dan keesokannya dilakukan pemindaian koper menggunakan alat X-Ray. Apabila pada koper itu ditemukan barang-barang berbahaya seperti air zamzam, minyak zaitun di atas 500 ml, dan minyak wangi di atas 500 ml maka barang-barang itu harus dibongkar.
"Pemiliknya kami beritahu bahwa koper tidak bisa diangkut karena membawa barang berbahaya. Pemiliknya harus merelakan barang-barang itu disita oleh petugas apabila ingin kopernya dibawa ke bagasi pesawat," kata Syarfi.
Diakuinya pengalamannya selama ini saat pemulangan di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, masih ditemukan jemaah membawa air zamzam dan akhirnya disita petugas. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved