Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
PADA peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) tahun ini, Indonesia patut berbangga karena jumlah publikasi ilmiah Indonesia di Scopus berada pada rangking ketiga di ASEAN, di atas Thailand dan Vietnam. Hingga 3 Agustus 2017, tercatat jumlah publikasi ilmiah internasional Indonesia yang terindeks global mencapai 9.501 publikasi. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir mengatakan jumlah tersebut telah melampaui Thailand yang semula berada pada posisi di atas Indonesia.
Namun, jika dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura (11.130 publikasi), Indonesia masih tertinggal. “Tidak lama lagi jumlah publikasi ilmiah internasional kita akan melampaui Singapura. Bahkan target kita hingga akhir tahun sudah menembus angka 15 ribu sampai 17 ribu publikasi,” ujarnya di Jakarta, beberapa waktu lalu. Ia pun optimistis di akhir 2019, Indonesia akan menduduki posisi puncak dengan jumlah publikasi ilmiah internasional paling tinggi di ASEAN.
Hal itu tentu tidak terlepas dari dukungan program dan kebijakan KeMenristek Dikti, khususnya di dunia penelitian perguruan tinggi dan juga lembaga penelitian. Salah satu kebijakan yang diharapkan dapat mendongkrak semangat dosen dan peneliti untuk dapat terus melakukan penelitian dan publikasi ilmiah ialah dengan diterbitkannya Permenristek Dikti No 20/2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor. Regulasi itu mengamanatkan publikasi ilmiah merupakan salah satu indikator untuk melakukan evaluasi terhadap pemberian tunjangan profesi dosen dan kehormatan guru besar.
Lebih lanjut, ungkap Menristek Dikti, ada juga Peraturan Menristek Dikti No 44/2015 yang mendorong mahasiswa strata dua (S-2) dan S-3 mampu menghasilkan publikasi yang terindeks global. Kemenristek Dikti juga telah membuat sistem aplikasi yang dinamakan Science and Technology Index (Sinta) yang diakses melalui Sinta.ristekdikti.go.id untuk mendata publikasi dan sitasi nasional serta internasional oleh dosen dan peneliti Indonesia.
Keberadaan Sinta diharapkan mampu menyemarakkan publikasi ilmiah. Jumlah pengakses Sinta pada periode 30 Januari 2017 hingga 17 Juni 2017 ialah 78.644.768. Mayoritas berasal dari wilayah Asia di luar Indonesia dan Amerika. “Ke depan, para dosen mulai asisten ahli, lektor, lektor kepala, guru besar, dapat menggunakan Sinta untuk pengajuan kenaikan jabatan fungsional. Nanti akan kami komunikasikan kepada seluruh dosen melalui Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti supaya bisa diakses para dosen,” ucapnya.
Pemerintah juga mengadakan serangkaian acara peringatan Hakteknas yang berlangsung di Makassar pada 6 hingga 13 Agustus 2017. Salah satunya bertujuan membangkitkan gelora inovasi teknologi yang diduga berdampak terhadap upaya peningkatan publikasi ilmiah internasional Indonesia. Sebagai apresiasi bagi para dosen dan peneliti, Menristek Dikti akan memberi penghargaan Sinta Award untuk mereka dengan publikasi terproduktif di Sinta. Penghargaan akan diberikan pada peringatan Hakteknas ke-22 di Makassar pada hari ini.
“Kami berharap itu semua bisa menjadi pelecut bagi setiap elemen agar terus meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi ilmiah internasional Indonesia.” (Mut/S1-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved