Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
"SETIAP pagi sarapan menunya roti. Saya tidak bisa makan roti. Perut saya sudah terbiasa terisi nasi. Saya ndak kenyang. Pokoke gak wareg lah, " kata Mansyur jemaah asal Kota Blitar, Jawa Timur saat curhat kepada saya selaku petugas haji Indonesia di depan pelataran Masjid Nabawi, Madinah, Sabtu (5/8).
Keluhan Mansyur ini berawal dia harus jajan makanan untuk sarapan di sekitar Masjid Nabawi. Namun harga makanan cukup mahal.
"Saya mau beli rice cooker. Saya mau masak nasi sendiri di hotel biar bisa makan ramai-ramai," kata Mansyur.
Istrinya langsung memegang lengan saya. "Mbak tolong antar kami ke toko rice cooker. Daripada tiap pagi lapar," ujarnya.
Saya kemudian menjelaskan bahwa jemaah dilarang membeli atau membawa rice cooker karena tahun lalu ada kejadian kebakaran hotel. Gara-garanya jemaah sedang memasak nasi di rice cooker yang diletakkan di kasur, dan ditinggal salat di Masjid Nabawi. Terjadilah konslet pada rice cooker dan diikuti kebakaran di hotel itu.
"Kami catat saja pak keluhannya, nanti kami sampaikan kepada petugas katering," ujar saya.
"Siap saya tunggu kabarnya ya mbak," kata Mansyur sambil mengajak rombongannya termasuk istrinya meninggalkan pelataran Masjid Nabawi
Kemudian saya masuk ke Masjid Nabawi di bagian perempuan. Usai salat subuh, masih berkerumun jemaah di sana menunggu saatnya salat sunah Dhuha. Rombongan ibu-ibu dari Embarkasi Padang sedang berkumpul dekat pintu masuk.
"Assalamualaikum. Ibu-ibu mau kemana? Apa tercecer dari rombongan?" tanya saya saat bertemu enam jemaah perempuan dari Sumatra Barat.
"Kami menunggu salat Dhuha," ujar Welly salah satu jemaah.
"Sudah sarapan? Jangan lupa sarapan dan minum air putih sesering mungkin karena suhu udara di Madinah panas," ujar saya mengingatkan.
"Belum sempat sarapan. Sarapannya roti. Suka tidak suka saya makan saja. Biar kenyang. Di sini tidak ada sambal sepedas di Padang. Saya bawa sambal botol, tapi raso tak mantap kalau bukan buatan sendiri," ujar Rosmaniar.
Rosa, teman satu kelompok dengan Rosmaniar membenarkan sambal yang ditemui di tiap makan siang dan malam rasanya manis. "Sambalnya kurang pedas. Rasanya manis. Cabai di sini tidak pedas sepertinya."
Belum selesai obrolan soal sambal, datanglah jemaah lainnya Suryani dari Embarkasi Lampung. Dia lebih fasih berbahasa Jawa daripada bahasa Indonesia.
"Mbak nyuwun tulung bade tanget. Sarapan kok roti nggih. Bojo kulo mboten remen. Niki kula tumbas sekul India, larang tenan regane (mbak minta tolong, mau nanya. Sarapan kok roti ya. Suami saya enggak suka. Ini saya beli nasi India mahal harganya)," kata Suryani asli Purwokerto, sedangkan suaminya berasal dari Purworejo, Jawa Tengah.
"Ini nasi sekotak satus ewu dietung-etung (kalau dihitung seratus ribu)," tambahnya.
"Bu sarapan roti juga enggak apa-apa. Lebih variasi. Uangnya dihemat karena ibu dan bapak masih lama di Tanah Suci," saran saya
"Iya mbak. Cuma bapake niku ndak suka roti," balas Suryani sambil menenteng sekotak nasi dari restoran India.
Bagi sebagian jemaah, roti bukan makanan untuk sarapan. Sarapan bagi sebagian orang Indonesia sama dengan makan siang dan makan malam. Saat ini jemaah haji Indonesia mendapat satu kali sarapan berupa roti dan jus, serta dua kali makan untuk siang dan malam. Menu makan siang dan malam selain sayuran dan dua protein, juga nasi sebagai sumber karbohidrat.
Kabid Katering Daker Madinah, Ahmas Abdullah membenarkan bahwa untuk sarapan pagi berupa satu croissant dan satu cupcake.
Menurutnya saat ini tidak memungkinkan bagi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi melayani jemaah haji dengan tiga kali makan nasi.
"Alasannya, pertama, aspek kesiapan dari perusahaan itu sendiri. Baik waktu produksi maupun distribusi yang sangat sulit. Apalagi lokasi dapur cukup jauh dari jamaah," ujarnya.
Kedua, pengawasan petugas sangat terbatas. Pemberian roti sebagai sarapan dinilai menjadi alternatif yang memungkinkan. Harapannya, jamaah tetap mendapat makanan di pagi hari.
Selain itu, jamaah juga mendapatkan biaya hidup (living cost) yang diharapkan bisa menjadi bekal selama di Madinah dan Mekkah.
Ahmad mengatakan kemungkinan menyediakan makan pagi terus dikaji oleh PPIH.
"Salah satu skema yang didiskusikan misalnya, mengontrak perusahaan yang khusus menyediakan sarapan pagi saja. Tapi hal ini juga masih ditimbang. Kemungkinan implementasinya pada musim haji mendatang. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved