Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
PUASA memang identik dengan menahan lapar dan haus dari menjelang fajar hingga magrib. Namun, sejatinya, ibadah puasa bukan hanya tidak makan, minum, dan menahan kebutuhan seksual. Lebih dari itu, puasa juga harus mampu membentengi diri dari pikiran buruk.
"Puasa seseorang memang sah secara hukum dengan menghindari yang membatalkan puasa secara fisik tersebut. Namun, itu belum cukup. Selain fisik, manusia mempunyai akal dan pikiran. Jadi, kita juga harus menahan diri dari akal pikiran yang dilarang aturan agama," kata Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta M Amin Suma, saat memberikan tausiah salat Tarawih di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, Rabu (31/5) malam.
Ia pun berpesan agar orang beriman yang berpuasa menjaga dirinya agar tidak menggunakan akal dan pikiran untuk tujuan buruk. "Apalagi memakai akal pikiran untuk merekayasa sesuatu yang sejatinya hal yang salah tetapi dikemas menjadi sesuatu yang benar."
Mereka yang menggunakan akal pikiran untuk tujuan buruk cenderung hanya mengikuti hawa nafsu. Hal itu akan merugikan orang lain dan diri sendiri.
Amin mengutip kalam Allah SWT dalam Alquran yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal pikiran dengan memperhatikan penciptaan alam raya.
"Momentum Ramadan ini hendaknya kita manfaatkan sebaik-baiknya dengan mengarahkan akal pikiran kita untuk memikirkan ciptaan-Nya. Kita amati betapa besar kekuasaan Allah yang meliputi langit, bumi, dan alam semesta ini," kata dia.
Lebih dari itu, Amin mengajak kaum muslim agar senantiasa berpikir positif ketimbang berpikir negatif karena Allah menganugerahi manusia dengan akal pikiran untuk beribadah kepada-Nya.
"Manakala jasad atau fisik kita telah berpuasa menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, hendaknya pikiran juga kita kendalikan, kita arahkan pada hal-hal positif. Paling tidak, memikirkan ciptaan Allah SWT," cetusnya.
Jiwa yang tenang
Pada kesempatan itu, Amin juga menjelaskan soal jiwa manusia atau annafs. Ada jiwa yang baik dan ada jiwa yang buruk. Ada jiwa yang tenang dan ada yang tidak tenang. Alquran menuntun manusia menuju jiwa yang baik dan ketenangan atau yang disebut nafsu mutmainnah.
Rasulullah SAW, lanjut Amin, pernah bersabda bahwa puasa merupakan benteng, perisai, atau pelindung. "Artinya, puasa merupakan benteng bagi kita untuk tidak berpikiran negatif. Puasa juga benteng bagi jiwa kita sehingga puasa ini secara serentak menjadi pendidikan yang amat baik," tegasnya.
Dengan demikian, sungguh tepat bila Ramadan menjadi momentum membersihkan raga, jiwa, serta akal pikiran manusia asal dilakukan dengan baik dan diisi dengan melakukan amal-amal kebaikan.
"Mari kita manfaatkan. Dengan Ramadan ini mental spiritual kita kembalikan arahnya kepada Allah sehingga saat Allah memanggil kita, kita akan menghadap-Nya dengan jiwa yang tenang dan menempati surga-Nya. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Alquran bahwa manusia yang berjiwa tenang akan memasuki surga," pungkasnya.(H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved