Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DALAM berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) untuk membentuk manusia-manusia Indonesia yang memiliki karakter pribadi unggul, yakni manusia-manusia Indonesia yang memiliki prestasi tinggi dibarengi budi pekerti yang baik.
Karakter pribadi unggul ini diperlukan agar Indonesia mampu berkompetisi dengan negara-negara lain dan bahkan memenangi persaingan global.
Dalam konteks Indonesia, salah satu komponen dari karakter pribadi unggul ialah karakter kebangsaan dan kebinekaan. Hal ini penting mengingat identitas bangsa Indonesia yang tersusun dari ribuan suku bangsa dengan beragam budaya, tradisi, dan agama.
Berangkat dari kesadaran tersebut, diskusi publik bertema 'Peran Sekolah Berasrama dalam Membentuk Karakter Pribadi Unggul yang Berjiwa Kebangsaan dan Kebinekaan' diselenggarakan oleh Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara (Ikastara) di Jakarta, Selasa (16/5).
Diskusi menghadirkan sejumlah narasumber terkait sekolah berasrama yaitu Ahmad Rizali, selaku pendiri Sekolah Berasrama Internat Alkautsar Parung Kuda Sukabumi dan Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan (2014-2016), Ki Darmaningtyas, selaku pendidik Taman Siswa dan pengamat pendidikan, Dr Deddi Nordiawan, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dan alumni SMA TN, dan Erlinda MPd, komisioner dan Kadiv Sosialisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Ketua Umum Ikastara, M Rachmat Kaimuddin, mengatakan, SMA TN di Magelang merupakan salah satu perintis sekolah berasrama. SMA TN didesain secara khusus untuk mendidik pemuda-pemudi Indonesia agar memiliki keunggulan di tiga aspek yaitu akademis, kesiapan jasmani, dan kepribadian. Berdiri pada 14 Juli 1990 sebagai bentuk kerja sama TNI dan Taman Siswa.
"SMA Taruna Nusantara kemudian menjadi kawah Candradimuka manusia-manusia Indonesia agar dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai kemahiran modern lainnya dengan tetap berkepribadian Pancasila," tegasnya.
Deddi Nordiawan, alumnus SMA TN yang kini menjadi staf pengajar di FEB UI memberikan kesaksiannya selama menjalani pendidikan di SMA tersebut. Ia mengatakan, di balik berbagai manfaat kehidupan berasrama terdapat persyaratan mendasar yang harus dipenuhi siswa sebelum masuk sekolah berasrama.
"Banyak orangtua yang tidak mengetahui, atau jika pun mengetahui mereka tidak mau menerima, bahwa kondisi psikologis anak mereka tidak cocok untuk masuk ke sekolah berasrama," ujarnya.
Ahmad Rizali menceritakan pengalamannya mendirikan dan membina sekolah berasrama, yakni Sekolah Berasrama Al Kautsar di Parung Kuda, Sukabumi, Jawa Barat.
Menurut dia, anak yang tidak siap secara mental namun dipaksakan oleh orang tua untuk masuk ke sekolah akan dapat merusak sistem pendidikan berasrama yang sebenarnya sudah bagus berjalan. Oleh karena itu, sekolah harus tegas untuk menolak.
Erlinda mengingatkan, orangtua yang menitipkan anaknya di sekolah berasrama tidak lantas lepas tanggung jawab. Sebagian besar waktu tumbuhkembang anak sesungguhnya dihabiskan bersama keluarga. Selain itu, peristiwa buruk yang menimpa SMA Taruna Nusantara pada Maret 2017 lalu agar tidak digeneralisasi sebagai karakteristik sekolah berasrama.
Sementara itu, Ki Darmaningtyas berpendapat bahwa agar sistem sekolah berasrama seperti SMA TN bisa berjalan baik, bentuk kelembagaannya harus sekolah publik dan bukan sekolah swasta. Hal tersebut untuk menjamin terjaganya kualitas baik dari sisi input, proses, maupun output. (RO/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved