Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Olga Lydia Cek Berita sebelum Bagikan

Indriyani Astuti
09/1/2017 02:00
Olga Lydia Cek Berita sebelum Bagikan
(MI/SUMARYANTO)

MODEL, pembawa acara, sekaligus aktris Olga Lydia, 40, mengatakan penyebaran berita bohong atau tidak benar (hoax) semakin parah.

Apalagi, ujarnya, penyebaran hoax,p> tersebut mengandung penyebaran kebencian dan fitnah yang berujung pada hasutan.

Menurut Olga, hal itu, jika terus dibiarkan, bisa berujung pada disintegrasi yang dapat memecah belah bangsa.

"Kita lihat banyak pertemanan jadi putus, pacaran putus, terus persaudaraan juga," tuturnya ketika menghadiri acara Sosialisasi dan Deklarasi Masyarakat Anti-hoax di kawasan car free day, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (8/1).

Acara tersebut juga dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara serta mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Komarudin Hidayat.

Karena itu, perempuan yang baru diangkat menjadi salah satu duta anti-hoax itu mengimbau masyarakat untuk lebih kritis terhadap informasi ataupun berita yang diterima.

"Saya pikir kita semua harus semakin sadar kalau mendapatkan berita dramatis dicek dulu kebenarannya. Kalau enggak sempat dicek, ya enggak usah di-share. Misalnya, ini bener enggak ya? Aduh, panas, nih, ini kayaknya mesti disebar, tapi saya belum sempat cek, ya sudah jangan disebar dulu," imbuh Olga.

Lebih lanjut Olga menuturkan netizen juga telah berinisiatif melakukan penyebaran informasi hoax.

Saat ini sudah ada sejumlah grup dan fanpage di Facebook yang dapat memverifikasi berita hoax.

"Misalnya, kabar mengenai kenaikan surat tanda nomor kendaraan (STNK) misalnya bahwa bukan pajaknya yang naik, tapi biaya administrasi. Itu bisa kita cek, misalnya di grup Whatsapp ada yang bilang kabarnya begini, dijawab 'Oh, enggak, saya udah cek, itu bohong'. Jangan ragu bilang begitu karena kasihan orang yang termakan berita hoax," terang perempuan kelahiran Jakarta, 4 Desember 1976 itu.

Selain mengimbau masyarakat lebih kritis serta mengecek kebenarannya dalam menerima informasi, Olga menyampaikan jangan menyebarluaskan berita tidak benar karena emosi, tapi perlu melihat dulu isinya masuk akal atau tidak.

"Kalau kita sudah emosi, logika kita enggak dipakai, terus langsung share. Tapi, setelah dipikir-pikir, enggak mungkin kayak gini nih. Enggak masuk akal," katanya.

Pernah berdebat

Olga mengaku pernah berdebat dengan orang lain karena informasi hoax yang sudah tersebar sedemikian masifnya.

Menurutnya, masyarakat yang sudah termakan info tersebut lebih sulit diberi penjelasan.

"Khawatir pada satu titik yang termakan hoax sudah terlalu banyak dan tidak bisa diselamatkan. Saya ingat banget ada ahli propaganda Jerman waktu Hitler berkuasa. Dia pernah bilang kalau kebohongan diucapkan terus-menerus, itu akan jadi kebenaran loh, orang akan jadi percaya karena semua orang ngomong hal yang sama," ucap dia.

Dia tidak ingin banyak masyarakat yang memanfaatkan informasi hoax untuk mencari keuntungan tertentu dan menyebarluaskannya.

"Mungkin orang yang ikut-ikutan atau cari uang menuliskan berita hoax karena misal beritanya biasa-biasa saja, sementara portalnya masih baru nanti enggak ada yang lihat. Mungkin bikin cerita bombastis yang membakar emosi sehingga langsung di-share," tukas Olga. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya