Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Irsa Destiwi: Jangan Hanya Label, 60 Persen Musiknya Harus Jazz

Fathurrozak
10/8/2025 15:55
Irsa Destiwi: Jangan Hanya Label, 60 Persen Musiknya Harus Jazz
Pianis Irsa Destiwi(Dok: Jazz Gunung)

FESTIVAL musik jazz di Indonesia selalu berkembang secara dinamis setiap tahun. Mulai dari yang sudah konsisten digelar setiap tahun, munculnya festival anyar, hingga ada gelaran jazz yang sudah tidak lanjut lagi.

Terma jazz masih dipandang ‘menjual’, banyak yang memanfaatkan jazz sebagai embel-embel festival musik mereka, meski secara komposisi musik yang dipresentasikan tak dominan jazz.

Pianis jazz Irsa Destiwi berbagi pandangannya mengenai pentingnya kehadiran festival musik jazz di Indonesia. Menurutnya, dari sisi musisi jazz, festival menjadi penting sebagai wadah untuk menampilkan karya-karya orisinal jazz dari si musisi.

“Musisi jazz juga butuh wadah, (untuk) kami bisa mengekspresikan atau membawakan lagu orisinal di wadah yang tepat, di jazz festival. Seperti yang banyak kita sekarang dengar jazz festival, tapi kok isinya keroncong misalnya, atau pop, atau apa gitu,” cerita Irsa saat ditemui usai manggung di Jazz Gunung Series 3 Ijen di Jiwa Jawa Ijen Resort, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (9/8).

“Maksudnya, jangan hanya label jazz saja, tapi isinya juga harus jazz. At least kayak 60% ke atas lah gitu, musisi jazz dilibatkan. Di sini (Jazz Gunung) pun ada yang tidak jazz kan gitu, tapi it’s good karena 60% ke atas jazz, di festival jazz,” tambah Irsa.

Bersama trionya, Grady Boanerges (drum) dan William Lyle (bas), Irsa merasa puas karena bisa membawakan karya-karya orisinalnya di Jazz Gunung Ijen. Irsa saat ini membawakan subgenre jazz tradisional. Di tengah penampilannya, Irsa Destiwi & Trio pun harus kena hujan. Namun, karena belum kelar satu lagu, ketiganya tetap melanjutkan untuk bermain. 

“Tidak ada cara lain, ya main saja. Karena kami tidak mungkin cut di tengah lagu, kecuali langsung ada badai. Itu, ya, sudah itu, pengecualian lah ya. Tapi kalau hanya rintik-rintik, ya masih oke lah,” kisah Irsa.

“Tapi, pertimbangan lainnya adalah kan ada sound system dan elektronik ya. Makanya, kami selesaikan satu lagu, terus ya kami tanya ke panitia, mau bagaimana, break dulu atau apa. Tidak perlu, ‘aduh aku harus gimana?’ Tidak perlu panik. Maksudnya ya sudah ditanyain saja, karena memang ya kami tidak bisa mengatur hujan kan.”

Tahun ini menjadi ketiga kalinya Irsa tampil di Jazz Gunung Ijen. Bagi Irsa, kembali ke Jazz Gunung seperti reuni dengan semua pekerja panggung dan teman musisi karena sudah saling mengenal. Perbedaannya, tahun ini Irsa merasa Ijen lebih hangat dibanding tahun-tahun sebelumnya ketika ia datang.

“Yang sekarang ini agak hangat, walaupun hujan ya, agak hangat,” ucap Irsa.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya