Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SEBAGIAN besar publik rasanya sudah tidak asing dengan rumah makan The House of Raminten yang berlokasi di Yogyakarta. Lebih dari sekadar rumah makan yang menyajikan hidangan lezat, The House of Raminten juga menjadi lokasi perkenalan budaya Jawa kepada masyarakat umum.
Tapi pernahkah terpikir siapa sosok dibalik hadirnya The House of Raminten dan bagaimana kisah hidupnya? Berkaitan dengan itu, sebuah film dokumenter berjudul 'Jagad’e Raminten' produksi Kalyana Shira Foundation resmi dihadirkan. Film itu menyoroti kehidupan dan warisan sosok Raminten sebagai salah satu ikon Yogyakarta. Film itu akan diputar pada panggung ArtJog 2025 yang berlokasi di Jogja National Museum pada 5 Juli.
Film dokumenter “Jagad’e Raminten” disutradarai oleh Nia Dinata. Dia mengatakan bahwa gagasan membuat film dokumenter ini sudah ada sejak tahun 2023 ketika Dena Rachma (yang bertindak sebagai produser) masih di London menyelesaikan disertasi tentang representasi dalam industri film Indonesia.
"Melalui Raminten, kita belajar bahwa ketulusan dan penerimaan terhadap perbedaan dapat tumbuh menjadi kekuatan yang memperkuat rasa kemanusiaan. Melalui film ini, kami bersama seluruh keluarga dan sahabat hendak memberikan penghormatan pada almarhum Hamzah Sulaiman. Sungguh sebuah kehormatan besar bagi kami dapat membawa kisahnya ke mata dunia," kata Nia dalam keterangan pers, Minggu (29/6).
Sepanjang durasi 95 menit, dokumenter ini menggambarkan perjalanan Raminten yang tidak hanya dikenal sebagai pengusaha sukses dengan berbagai usaha seperti toko oleh-oleh, restoran, batik, dan pertunjukan kabaret, tetapi juga sebagai ruang aman bagi komunitas yang inklusif. Film ini tidak hanya mengangkat warna-warni dunia Raminten, tetapi juga memotret perjalanan sang pendiri, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamijinindyo atau yang lebih dikenal sebagai Hamzah Sulaiman.
Dalam membentuk Raminten, Hamzah Sulaiman tidak hanya menjalankan bisnis, namun membina sebuah keluarga besar termasuk di dalamnya karyawan, penampil pertunjukan, serta keluarga dan para sahabat. Pada film ini menggambarkan bagaimana Raminten kabaret menjadi wadah ekspresi seni yang inklusif.
Dalam kesempatan yang sama, Dena Rachman sebagai produser dan penulis, menyampaikan bahwa gagasannya menghadirkan film ini merupakan bentuk upaya menyebarkan simbol kasih, kebaikan, dan keberanian dalam mengekspresikan diri di tengah norma-norma yang ada.
“Lebih dari sekadar hiburan, Raminten adalah sosok yang menyediakan rumah bagi banyak kaum marginal terutama bagi chosen family mereka. Sosok Raminten tidak hanya memperjuangkan inklusivitas di atas panggung, tetapi juga dalam kehidupan nyata dengan menciptakan penghidupan yang layak dan berkelanjutan. Kami merasa terdorong untuk mengabadikan warisan ini dalam sebuah karya yang dapat terus menginspirasi,” ujar Dena.
Yang membuat film ini semakin istimewa adalah karena “Jagad’e Raminten” merupakan persembahan terakhir, sebuah kado penuh cinta dari teman-teman dan keluarga besar untuk mendiang Hamzah Sulaiman. Meski Hamzah Sulaiman telah berpulang sebelum film ini sempat dirilis, semua yang terlibat tahu bahwa beliau sangat menantikan hadirnya kisah ini untuk disaksikan oleh masyarakat luas.
“Bagi kami, dokumenter ini bukan sekadar karya film, tetapi sebuah bentuk penghormatan penuh cinta untuk sosok Bapak kami, almarhum Hamzah Sulaiman. Beliau adalah cahaya bagi begitu banyak orang, baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun figur ayah bagi keluarga besar Raminten," tutur Director of House of Raminten, Ratri. (M-2)
Film dokumenter The Kinds in the Crowd mengisahkan perjalanan karier Simple Plan selama 25 tahun sebagai band punk rock.
Penghargaan tersebut dinilai mencerminkan apresiasi dunia internasional yang terus meningkat terhadap sinema Indonesia.
Brad Pitt kini mempunyai peran sebagai pembalap dalam film dokumenter bertajuk Formula 1 The Movie.
METRODATA, perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), meluncurkan buku Gajah Tidur yang Terbangun: 50 Tahun Inovasi Digital Metrodata
National Geographic siap merilis dokumenter tiga bagian berjudul Rahasia Para Penguin, yang diproduseri eksekutif oleh James Cameron.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved