Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Sinopsis Film Jodoh 3 Bujang, Kisah Nyata yang Menceritakan Tradisi Masyarakat Bugis-Makassar

Rany Siahaan
19/6/2025 20:45
Sinopsis Film Jodoh 3 Bujang, Kisah Nyata yang Menceritakan Tradisi Masyarakat Bugis-Makassar
Jajaran para pemain dan kru saat Press Screening dan Press Conference film “Jodoh 3 Bujang” pada Kamis (19/6) di kawasan Epicentrum XXI.(MI/Rany)

PERFILMAN Indonesia kembali menampilkan alur cerita yang tidak kalah menarik. Kali ini, film berjudul “Jodoh 3 Bujang” akan mengangkat sebuah kisah nyata dari 3 orang laki-laki yang harus melakukan pernikahan kembar. Film ini akan tayang 26 Juni 2025 di seluruh bioskop Indonesia.

Film “Jodoh 3 Bujang” ini menceritakan tentang satu keluarga yang juga menampilkan bagaimana adat makassar memiliki tradisi yang cukup unik. Tentunya film ini akan diisi oleh aktor dan aktris yang hebat.

Menurut produser film Jodoh 3 Bujang, Chand Parwez Servis, mengatakan bahwa film ini merupakan sebuah film komedi yang dibalut dengan cerita keluarga keturunan Bugis-Makassar. Film ini bukan hanya membawa tawa saja, tetapi memberikan refleksi tentang cinta dan juga perjuangan.

“Jodoh 3 Bujang ini bukan hanya membawa komedi segar, tetapi memperlihat bagaimana latar belakang cerita yang kuat dari sebuah keluarga Bugis-Makassar yang memiliki tradisi pernikahan kembar. Cerita film ini bukan hanya menampilkan rasa tawa, tetapi juga merefleksikan tentang perjodohon, dan juga arti dari sebuah perjuangan,” ujar Chand Parwez Servia saat Press Screening Film “Jodoh 3 Bujang” pada Kamis (19/6) di Epicentrum XXI.

“Semoga film ini bisa memberikan kehangatan dan bisa menyatukan sebuah satu keluarga. Film ini juga bisa mengajarkan bahwa ketika kita memiliki pasangan, sayangilah pasangan kita dan kejarlah ketika kita sudah yakin bahwa itu jodoh kita,” sambung Chand Parwez Servia.

Sementara itu, Sutradara Film “Jodoh 3 Bujang”, Arfan Sabran juga menambahkan bahwa film ini akan memperlihatkan dan mengajak para penonton untuk mengenal bagaimana tradisi Bugis-Makassar dalam sebuah adat pernikahan.

“Membawa cerita yang punya latar tradisi dan kedekatan dengan masyarakat Bugis-Makassar ke layar sinema Indonesia tentu sebuah kesempatan istimewa. Tentunya ini merupakan pengalaman baru saya dan juga membuka ruang bagi cerita-cerita baru,” ujar Arfan Sabran.

Di sisi lain, Jourdy Pranata yang berperan sebagai Fadly, mengatakan bahwa ada tantangannya sendiri dalam mempelajari dialek Bugis-Makassar. Bukan hanya itu saja, ternyata cerita tiga saudara ini sangat relate dengan kehidupannya karena merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dalam hidupnya.

“Tantangan dalam memerankan film ini adalah bagaimana menyampaikan pesan dari cerita ini, serta memberikan dimensi karakter yang believable. Saya lahir dari keluarga Minang dan tinggal di Jakarta, jadi ketika harus menggunakan dialek Bugis-Makassar ini merupakan tantangan utama yang saya harus lewati, ujar Jourdy Pranata.

“Film ini ketika saya lihat ternyata sangat realte dengan kehidupan saya. Dimana saya di film ini merupakan anak pertama dan di kenyataannya juga saya anak pertama yang memiliki dua saudara dan tentunya film ini saya berterima kasih karena para pemain memainkan perannya yang sangat baik,” sambung Jourdy Pranata.

Aisha Nurra Datau, yang berperan sebagai Rifa juga menambahkan bahwa film ini mengajarkan bagaimana pengaruh budaya pada suatu keluarga dalam kehidupan sehari-hari mereka.

“Kita bisa lihat dalam film ini, keputusan seorang manusia yang datang dari background apapun sangat berpengaruh dengan budaya itu sendiri. Saya rasa film ini akan mengandung banyak sekali perspektif dari semua orang yang akan menonton film ini dan juga menjadi sebuah bahan obrolan yang akan menarik,” ujar Aisha Nurra Datau.

Sementara itu, Maizura yang berperan sebagai Nisa juga menambahkan bahwa film ini sangat relate dengan kehidupan perempuan yang dimana memiliki dilema dan tekanan dari keluarga tentang perjodohan dan juga bagaimana budaya memiliki peran penting dalam kehidupan.

“Saya pribadi melihat karakter Nisa ini tentunya dirasakan oleh beberapa perempuan yang memiliki dilema dan juga terjebak antara keluarga atau restu. Dan ini tentunya akan ada rasa tekanan dari keluarga dan juga adat yang dimiliki,” ujar Maizura.

“Hal ini tentunya tidak semua perempuan bisa melawan dengan pertentangan ini. Saya pribadi percaya bahwa tradisi memiliki makna yang sangat sakral dan harus kita hargai. Sebagai orang Makassar, saya merasa film ini memiliki misi yang penting karena budaya ternyata memiliki peran penting bagaimana cara kita mengambil keputusan dalam menentukan jodoh kita nantinya,” sambung Maizura.

Dengan adanya film “Jodoh 3 Bujang” yang bukan hanya menampilkan tradisi pernikahan kembar dalam adat Bugis-Makassar saja, tetapi juga memperlihatkan komedi dalam suatu keluarga yang mengundamg tawa, perjuangan serta kisah cinta yang menarik.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Reynaldi
Berita Lainnya