Teater "Karena Aku Perempuan": Menghormati Sejarah Perjuangan Perempuan Indonesia

Siti Haerani
20/12/2024 07:59
Teater
Pementasan teater "Karena Aku Perempuan: Kelahiran Sebuah Pergerakan"  mengangkat perjuangan perempuan Indonesia, khususnya Kongres Perempuan Pertama pada 1928. (MI/Siti Haerani)

PEREMPUAN Indonesia memiliki peranan penting dalam perjalanan sejarah bangsa. Hal itu yang ingin digambarkan dalam pentas teater "Karena Aku Perempuan: Kelahiran Sebuah Pergerakan" di Galeri Indonesia Kaya, Kamis (19/12).

Marcella Zalianty yang menjadi produser mengatakan pementasan ini memiliki pesan penting tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. “Hari Ibu menjadi momen refleksi terhadap Kongres Perempuan Pertama yang berlangsung pada 1928," ungkapnya. Pementasan ini disutradarai Wawan Sofwan.

Menelusuri Jejak Sejarah di Panggung

Ruth Marini berperan sebagai Ny. Hadjar Dewantara, Marcella Zalianty sebagai Ny. Soekonto (Wanita Oetomo), dan Aghniny Haque sebagai Sujatin Kartowijono (Poetri Indonesia), para penggagas Kongres Perempuan pada Desember 1928. Kisah teater ini berfokus pada tiga tokoh perempuan yang memainkan peran penting dalam Kongres Perempuan Pertama, yaitu Ny. Soekonto, Ny. Hadjar Dewantara, dan Sujatin. 

Ny. Soekonto, yang memimpin kongres dan organisasi Wanita Oetomo, diperankan oleh salah satu pemeran utama. Nyi. Hajar Dewantara, atau R.A. Sutartinah, dikenal melalui perjuangannya dalam pendidikan bersama suaminya, Ki Hajar Dewantara. Sementara itu, Sujatin, seorang guru muda, mengabdikan dirinya untuk memajukan pendidikan dan keterampilan perempuan.

Peran Tim Kreatif

Produksi teater ini mendapat dukungan penuh dari tim kreatif berbakat. Komposer musik menciptakan melodi yang memperkuat suasana pementasan, sementara tata panggung dirancang memukau oleh tim skenografer dan penata cahaya. Elemen multimedia turut menambah kedalaman visual, menjadikan pengalaman menonton lebih emosional dan berkesan.

Tantangan dalam Berakting

Para pemain menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam mendalami sejarah serta menyampaikan emosi melalui dialog yang kuat. Salah satu pemeran utama mengungkapkan bahwa transisi dari dunia film ke teater memerlukan latihan yang intensif, terutama dalam aspek artikulasi dan pengelolaan emosi.

Pengalaman ini juga menjadi pelajaran berharga bagi para pemain. Melalui serangkaian latihan dan gladi resik, mereka berhasil menggambarkan semangat perjuangan tokoh-tokoh perempuan yang mereka perankan. Aghniny Haque, salah seorang pemeran, mengakui bahwa ini adalah kali pertama ia terlibat dalam teater. "Awalnya berat karena skripnya menantang, tetapi setelah dijalani, ternyata seru dan bikin ketagihan," ujarnya.

Lebih dari Hiburan Semata

Selain pementasan utama, acara ini juga diisi dengan diskusi bersama tokoh-tokoh perempuan inspiratif dan pertunjukan seni lainnya. Dengan tema yang relevan, pementasan ini mendorong refleksi tentang peran perempuan dalam membangun bangsa.

Teater "Karena Aku Perempuan: Kelahiran Sebuah Pergerakan" bukan hanya sarana penghormatan terhadap sejarah, tetapi juga media untuk menyuarakan isu-isu perempuan serta mendorong kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan di Indonesia. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya