Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
WHY I'm So mengajak pendengar untuk menjadi seorang pendengar yang baik untuk seseorang yang sedang mengalami krisis eksistensi. Sejatinya, manusia selalu kembali pada lubang yang sama berkali-kali, sebuah lubang yang berisikan dilema antara menyerah atau berambisi. Sebuah paradoks yang tidak kenal lelah dan habis. Supple mengajak pendengar untuk bermain peran di dalam lagu.
Supple adalah band bergenre rock asal Graha Raya, Tangerang Selatan (2021) yang berisikan Yaka (Vokal, gitar), Kemas (Backing vokal, gitar, dan keyboard), juga Rey (Bass).
Supple mengawali karier sebagai projek solo Yaka. Namun, seiring berjalannya waktu, Rey dan Kemas ikut andil di dalam projek solo tersebut.
Baca juga : Fryda Lucyana Ajak Medoakan Indonesia Lewat Single Doa Untuk Negeri
Dengan inspirasi dari musik rock jepang, alternative wave 90-an, dan lagu cinta 50-an, terbentuklah Supple dengan gaya instrumen dan lirik yang cukup melankolis.
Baca juga : Nuon Jajaki Bisnis Baru dalam Hiburan Digital
Setelah merilis Sweet Blithesome pada 2022 lalu, kini, Supple kembali membawa musik yang fresh dan menceritakan tentang sebuah perasaan gundah milik seseorang yang merasa tertinggal, seseorang yang mengalami krisis eksistensi.
Selain mengajak pendengar manjadi sosok pendengar yang baik, Why I’m So dirilis dengan harapan bisa membantu pula pendengar yang merasa kesepian, ditinggalkan, dan terbuang untuk terus mencoba semaksimal mungkin apapun resiko dan halangan dari setiap masalah yang sedang dihadapi.
Dari musik video yang telah dirilis pada 2 Februari 2024 lalu, Supple menceritakan tentang kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
Baca juga : Bermusik Bisa Tingkatkan Kemampuan Mengingat Para Lansia
Dikemas dengan komedi yang usil, Supple menciptakan karakter Si Metal Melankolis yang selalu penuh dengan kebencian, sial, dan rasa denial yang mencoba untuk bangkit berkali kali, visualisasi tersebut digambarkan kontras di dalam MV. (RO/Z-1)
Penyanyi jazz Muthia Nadhira mempersembahkan interpretasi baru dari lagu legendaris Simpan Saja, menandai peluncuran album debutnya yang bertajuk Garden of Mimosa.
Lagu Kelam dari Jims Wong juga menjadi hal yang menarik karena hadirnya Artsi, menambah warna emosional dalam harmoni vokal yang mendalam.
Program konser tersebut mencakup karya dari para musisi hebat Hongaria seperti Franz Liszt, Béla Bartók, Zoltán Kodály, dan György Orbán, hingga khazanah musik rakyat Indonesia.
Hancur dari Tears Don't Lie bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya — bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya.
Program musik Main-Main di Cipete sendiri telah menjadi ajang mingguan yang rutin digelar setiap Senin malam di Casatopia Cafe.
OTW, atau on the way dan ‘Ngaret’ atau suka datang terlambat semacam paket lengkap dari budaya tak tertulis di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved