Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
INDONESIA membutuhkan lebih banyak sutradara perempuan untuk memberikan sudut pandang baru dan menyampaikan suara perempuan melalui karya seni. Dengan perspektif baru, perempuan dalam film tidak terjebak dalam stereotip karakter lemah semata yang selalu membutuhkan penyelamat.
“Ketika perempuan punya suara, kita bisa mengubah sudut pandang masyarakat, dan saya kira itu artinya penonton juga akan turut meyakininya,” kata Mouly Surya, 40, dalam perbincangan daring Asia Lounge yang diadakan The Japan Foundation Asia Center Tokyo International Film Festival, beberapa waktu lalu.
Mouly, sutradara Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, peraih predikat film cerita panjang terbaik di Festival Film Indonesia 2018 menuturkan pengalamannya sebagai perempuan yang berprofesi sebagai sutradara di Indonesia.
Saat awal berkarier, Mouly menganggap tidak ada label sutradara perempuan karena baginya sutradara ialah sutradara, tak peduli apa jenis kelaminnya. “Saya baru menyadari saya ‘sutradara perempuan’ setelah membuat film pertama,” tutur Mouly.
Di sisi lain, lanjut Mouly, ide Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak diberikan Garin Nugroho kepada dia untuk digarap sehingga menghasilkan film dengan sentuhan perempuan, sesuai dengan perspektif film itu.
Mouly mengaku, akhirnya ia tidak mempermasalahkan lagi pelabelan tersebut. Dia justru sering menerima respons positif dari para perempuan yang terinspirasi mengikuti jejaknya sebagai sutradara setelah Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, film yang mewakili Indonesia pada perhelatan Academy Awards 2019, tayang. “Saya jadi merasa punya tanggung jawab,” kata Mouly.
Tantangan
Mouly mengatakan, anggapan laki-laki lebih baik menjadi pemimpin yang ada di Indonesia memengaruhi mentalitas perempuan. Ia menuturkan, saat mengajar di sekolah film ia sering melihat siswi yang cenderung kurang percaya diri, misalnya untuk bicara di depan banyak orang.
“Saya juga mengalami ini di awal berkarier, saya dulu tidak punya kepercayaan diri untuk membuat keputusan untuk semua orang karena saya tidak terbiasa,” kata dia.
Merintis karier di industri perfilman juga tantangan yang dialami perempuan. Setelah berhasil menembus industri, ada lagi tantangan baru: pendanaan. Menurut Mouly, masih ada anggapan bahwa sutradara perempuan takkan berhasil mendulang lebih banyak keuntungan jika dibandingkan dengan laki-laki.
“Lelaki lebih dipercaya dan mereka memberikan lebih banyak uang kepada lelaki meskipun pengalamannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan sutradara perempuan yang juga ikut pitching dalam proyek,” ujar dia. (Ant/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved