Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
PSIKOLOG muda Inez Kristanti, 27, aktif memberikan edukasi seks lewat akun Instagram-nya. Ia mengungkapkan, pengetahuan mengenai seks masih terbatas di kalangan masyarakat, terlebih di kalangan anak muda.
Pasalnya, tema seks sering kali dianggap sebagai hal yang tidak pantas untuk diperbincangkan di ruang publik. Karena dianggap tabu, tak sedikit orang yang malah menebak-nebak sendiri dan salah langkah dalam memahami organ reproduksi serta aktivitas seksualnya. Hal itu justru berbahaya dan malah menimbulkan dampak negatif, seperti timbulnya penyakit infeksi menular seksual (PIMS).
"Banyak yang masih minim pengetahuannya. Enggak usah ngomongin PIMS. Memahami organ reproduksi sendiri saja orang-orang sepertinya masih menganggap tabu," kata Inez saat mengisi acara Hari Peringatan HIV/AIDS Internasional di Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Kamis (28/11).
Menurut Inez, ia memutuskan untuk memanfaatkan akun Instagram-nya untuk memberikan edukasi mengenai seks karena sering menemui orang yang tidak berani buka-bukaan masalah seks meski sekadar mencari informasi. Berbekal 134 ribu pengikut, setiap hari Inez membagikan informasi seputar seks yang dikemas secara ringan. Tak jarang, ia membuka sesi tanya jawab dengan pengikutnya di Instagram.
Inez menambahkan, edukasi seks yang lebih bisa diterima ialah yang tidak dengan mengancam dan menghakimi. "Sering kali saya lihat pendidikan seksualitas yang mungkin memiliki maksud baik, tapi tidak bisa diterima dengan baik oleh anak muda karena kemasan yang diberikan sudah mengancam dan menghakimi," jelas perempuan yang mendapatkan gelar magisternya dari Universitas Indonesia itu.
"Kadang anak muda punya rasa ingin tahu, ingin cerita dan didengarkan. Inilah yang membuat Instagram saya menjadi platform yang banyak digunakan orang, saya rasa karena curhatan-curhatan mereka tentang seksualitas--mau itu sesuai dengan norma atau tidak--didengarkan dulu," lanjutnya. Setelah itu, Inez biasanya memberikan informasi dan edukasi menyangkut keingintahuan mereka agar dapat membuat keputusan yang lebih bijak.
Ia mengimbau kepada masyarakat, terutama anak-anak muda untuk tidak merasa tabu bicara soal edukasi seksual. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah memahami diri sendiri. "Jangan ragu untuk melihat bentuk organ intim sendiri. Bisa kita ngaca dan perhatikan. Supaya tahu saat ada perubahan kita bisa lihat sendiri," ucapnya.
Edukasi orangtua
Orangtua, lanjut Inez, juga harus membuka diri untuk membahas soal edukasi seks dengan anak. "Orangtua tidak bisa mengelak, anak akan mengalami pubertas, itu harus dibicarakan pada anak. Memang ada keengganan orangtua bicara ke anak. Kuncinya dimulai sejak dini dan jadikan anak sebagai teman," tuturnya.
Materi pendidikan seks sejak dini yang diberikan haruslah sesuai dengan umur si anak, dari hal sederhana, seperti pengenalan organ tubuh dan cara merawatnya. Orangtua harus proaktif mencari informasi sehingga bisa menerangkan dengan mudah kepada anak.
"Orangtua bisa jadi tempat yang aman dan dipercaya anak untuk membicarakan seksualitas tanpa judgement. Jadi, kalau anak bingung, ia akan tanya ke orangtua. Komunikasi sperti ini harus dibiasakan sejak dini," saran Inez yang aktif dalam klinik kesehatan pria dan wanita, Angsamerah, itu.
Ia menjelaskan, jika tidak ke orangtua, bisa jadi nantinya anak dan remaja akan mempelajari lewat internet atau bahkan situs pornografi sehingga menemukan hal yang misleading dan menjerumuskan. "Karena tidak berani tanya ke orangtua, remaja justru belajar dari pertemanan dan pacar yang sama-sama tidak tahu, dan ini berbahaya," tandasnya.
Inez juga mengajak masyarakat untuk memberikan dukungan kepada penderita PIMS yang selama ini masih mendapat stigma negatif.
"Saat ini stigma negatif untuk penderita PIMS, mereka nakal atau penyakitnya bakal menular. Kita enggak tahu orang hidup seperti apa. Kita cukup hindari stigma seperti itu supaya kita bisa mendukung dan support mereka," tandas Inez lulusan Universitas Atma Jaya Jakarta itu. (Ant/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved