Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
LEXICON merupakan album ketiga Isyana Sarasvati, 26, yang baru saja diluncurkan. Ibarat sebuah kamus. Isyana membuka kesempatan bagi penggemarnya untuk berkenalan lebih dalam lagi dan memasuki dimensi, episode perjalanan dia yang belum pernah terungkap sebelumnya. “Album ini ibarat kamus hidup saya yang dibalut dengan melodi, instrumentasi musik, dan lirik,” ujarnya.
Sebagai tipe orang yang tidak bisa bercerita perasaan secara terbuka sejak kecil, Isyana pada akhirnya melarikan perjalanan hidupnya ke musik. Lexicon ini, ucapnya, merepresentasikan beberapa episode perjalanan hidup yang dilewati, termasuk pendewasaan musik, secara lirik dan pengalaman hidup.
Menyebut sebagai album yang paling personal bagi dirinya, pengumpulan demo demi demo lagu pun dia lakukan sejak akhir 2018. Itu semua dibuat secara spontan, tidak ada keterpaksaan, dan kesengajaan sama sekali. Tiap demo lagu yang dibuat Isyana sendiri, dia simpan dalam music bank-nya. Tak berapa lama kemudian perusahaan label mengontak Isyana supaya mulai menyerahkan demo untuk membuat album.
“Beruntung, musik yang saya buat dengan hanya menjadi diri saya sendiri ini diterima label. Maka, saya sangat menanti album yang sangat personal, yang saya bisa berkarya jujur, spontan, dan apa adanya,” ujar lulusan dari Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura, dan Royal College of Music, Britania Raya, ini.
Album ini juga menjadi terapeutik bagi Isyana yang introver dan sulit bercerita kepada orang lain sehingga sebanyak 8 track dalam album tersebut dibumbui oleh emosinya.
“Saat menyanyikannya rasanya seperti detoks, saatnya saya mengeluarkan berbagai rasa yang saya pendam. Saya ingin pendengar juga merasa terhubung dan terbantu saat mendengarkan karena ada beberapa lagu yang sangat memotivasi,” tuturnya lagi.
Salah satunya lagunya, Sikap Duniawi, yang bercerita mengenai tidak perlu mendengar apa kata orang lain, bahwa hidup milik diri dan lakukan yang terbaik untuk diri. Lagu ini ditujukan kepada orang-orang yang selama ini tersakiti karena pendapat orang lain, sekaligus menyentil orang-orang yang hobi menyakiti orang lain.
Hal ini terutama karena di era digital, dia akui segala hal telanjur sangat bebas dan liar sehingga terkadang kita lupa melakukan perbuatan dan dampaknya pada perasaan orang lain. “Kita harus saling menghargai, tetapi menghargai itu tidak sama dengan setuju ya,” cetusnya.
Gayanya sendiri
Isyana mengungkapkan bahwa proses kreatif lagunya pun dilakukan tanpa batas bebas, murni berdasarkan gaya dia, mengomposerkannya, menjadi produser dan memproduksinya sendiri.
Isyana pun mengaku tidak khawatir bila peralihan gaya musik di album ketiganya yang lebih kepada klasikal teatrikal itu akan disukai atau tidak oleh pendengar sebab memang dia sadar tidak bisa memaksakan selera kepada orang lain.
Sebanyak tiga single telah dirilis, antara lain berjudul Hati yang Terluka, Ragu Semesta, dan Sikap Duniawi. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved