Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Pembalasan Dendam Perempuan Sumba

Suryani Wandari Putri
30/9/2017 23:16
Pembalasan Dendam Perempuan Sumba
(DOK. FILM MARLINA, SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK)

Belajar menunggangi kuda dan mengemudikan motor trail, Marsha Timoty pemeran Marlina ini sempat jatuh hingga terluka di beberapa bagian tubuhnya saat menjalani proses syuting. Namun, pengorbanannya mendapatkan hasil yang maksimal dalam mendalami karakter Marlina.

Film Marlina, si Pembunuh dalam Empat Babak (Marlina the Murderer in Four Acts) menceritakan ketangguhan seorang perempuan dalam membela kebenaran. Belum lagi adegan membunuh dan memenggal kepala menjadi bagian tak terpisahkan.

“Perlu latihan hingga dua hari untuk adegan ini saja. Ini menjadi kesulitan dan tantangan bagi saya,” kata Marsha Timoty saat konferensi pers di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (25/9).

Saat itu, Marlina seorang janda di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), didatangi tujuh perampok di rumahnya yang berada di padang sabana. Mereka menjalankan aksinya, mengancam nyawa, harta, dan juga kehormatan Marlina di hadapan suaminya yang sudah berbentuk mumi, duduk di pojok ruangan.

Namun, rupanya Marlina tak tinggal diam. Malam harinya ia nekat melakukan pembalasan dendam dengan memenggal kepala sang bos perampok bernama Markus yang diperankan Egi Fedly.

Dengan tegar dan penuh keberanian, Marlina membawa kepala bos perampok itu dengan menunggangi kuda untuk bertemu Novi (Dea Panendra) yang menunggu kelahiran bayinya dan Franz (Yoga Pratama) yang menginginkan kepala Markus. Dalam cerita, Markus yang tak berkepala juga berjalan menguntit Marlina.

Genre baru

Tak hanya menyajikan cerita menarik, film ini pun memperlihatkan keindahan Sumba yang indah dengan padang sabana­nya. Memperlihatkan seorang perempuan yang tegar dengan kuda layaknya seorang koboi.

Pemandangan itu yang membuat film asli Indonesia ini disebut telah mencetuskan genre baru, Satay Western oleh media Variety.com.

“Genre itu memang baru karena sebelumnya belum ada selain Marlina. Mungkin karena ada genre Spageti Western, yaitu film Western yang dibikin orang Italia. Dengan demikian, sang penulis, Maggie Lee, memanggil dengan sebutan Satay Western karena satay atau satai ialah makanan yang identik dengan Indonesia,” kata sang sutradara Mouly Surya.

Mourly, sutradara yang terkenal berkat karyanya, Fiksi (2008) dan What They Don’t Talk about When They Talk about Love (2013), ini sebenarnya tidak menggabungkan versi koboi. Namun, Sumba identik dengan kuda.

Di awal pembuatannya, proyek film Marlina dimulai sejak akhir 2014, ketika sutradara legendaris Garin Nugroho memberikan ide dari cerita rakyat Sumba berjudul Sang Perempuan. “Sebelumnya memang belum ada nama, tetapi kami mencari nama yang pas,” kata Mouly. Kalimat empat babak pun diambil karena saat ide cerita yang diberikan Garin berjumlah 5 babak yang dipersingkat menjadi 4 babak saja.

Rajin ikut festival film dunia

Film berdurasi 90 menit ini sebelumnya telah diputar di beberapa negara untuk mengikuti festival film internasional dan sudah masuk seleksi Festival Film Cannes pada Mei lalu, New Zealand International Film Festival, dan Melbourne Film Festival Agustus lalu, serta Taronto International Film Festival pada September ini.

“Ini menjadi pertama dan mungkin terakhir kalinya film yang diperankan saya bisa masuk ke Festival Film Cannes. Respons penonton yang dominan berasal dari kalangan penikmat film dan kritikus itu sangat positif. Bahkan kami mendapatkan standing ovation lumayan lama,” kata Marsha Timothy. Marsha pun mengaku meskipun film ini hadir dengan isu berat, bisa dinikmati penonton dengan menyenangkan karena memasukkan unsur komedi.

Hal yang membanggakan pun terus diraih dengan lolos seleksi dalam Vancouver International Film Festival pada September-Oktober 2017, Busan International Film Festival, dan Sitgas International Fantastic Film Festival pada Oktober tahun ini.

“Pentingnya terseleksi festival film besar seperti Cannes dan Taroto sebenarnya sebagai strategi penting dari kami untuk membuka kesempatan luas mengakses jalur-jalur distribusi bagi film produksi kami. Hingga kini ada 18 negara termasuk Amerika dan Kanada yang telah membuka jalur distribusi untuk film ini,” kata Rama Adi, produser Cine Surya.

Film Marlina akan tayang mulai 16 November tahun ini di bioskop-bioskop Indonesia. “Semoga menjadi film yang ditunggu-tunggu, seperti Marlina yang menunggu-nunggu ditonton jutaan penonton film Indonesia,” pungkas Rama Adi. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik