Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Versi Baru Legenda Raja Arthur

Her/M-4
21/5/2017 09:17
Versi Baru Legenda Raja Arthur
(Warner Bros. Pictures)

LEGENDA Raja Arthur dan pedang saktinya, Excalibur, sudah banyak diangkat dalam film Hollywood. Kini giliran sutradara Guy Ritchie mencoba peruntungan menggarap film adaptasi cerita rakyat tersebut.
Memilih Charlie Hunnam sebagai pemeran Arthur untuk film King Arthur: Legend of the Sword, keturunan Pendragon itu diceritakan menjadi yatim piatu sejak masih belia. Kedua orangtuanya, yakni sang raja dan ratu, tewas di tangan pamannya, Vortigern, yang cemburu atas takhta ayahnya dan mendamba posisi sebagai raja.

Arthur kecil diselamatkan dengan perahu kecil. Ia tumbuh besar diasuh orang-orang di rumah pelacuran. Bukan lingkungan yang sehat, tapi Arthur merasa dicintai. Ia dinilai berpengaruh dan memiliki banyak kawan.
Sebagai keturunan Pendragon yang tersisa, ia kembali dipertemukan dengan pedang Excalibur yang hanya tunduk pada keturunan Pendragon. Apalagi sejak raja tewas, pedang magis itu menghilang dan kembali muncul sebagai tanda keturunan raja terakhir masih ada.

Vortigern (Jude Law) yang menguasai takhta semenjak meninggalnya ayah Arthur menyadari posisinya terancam bila keturunan Pendragon muncul. Dia memerintahkan agar semua lelaki mencoba mencabut pedang Excalibur. Bagi yang tak bisa mencabutnya, diberi cap lalu dibebaskan. Bila bisa mencabut pedang itu, diperintahkan agar ditangkap.

Tanpa tahu latar belakangnya, Arthur mencabut pedang tersebut. Pedang itu menerimanya, tetapi entah mengapa justru alam bawah sadar Arthur yang menolak pedang tersebut.

Garis keturunan kerajaan dan takhta sebagai raja sama sekali tak menggiurkan baginya. Apalagi dia sudah merasa memiliki keluarga yang lain, dari rumah pelacuran dan sahabat di sekitarnya.

Kelompok pemberontak yang didukung penyihir baik berusaha membuatnya masuk ke barisan mereka untuk menurunkan Vortigern. Arthur harus belajar memahami pedang saktinya, menghadapi ketakutan-ketakutannya, me­ngumpulkan kekuatan dan dukungan untuk menggulingkan raja, juga membalas dendam kepada lelaki yang telah membunuh orangtuanya dan mencuri mahkotanya demi menjadi raja.

Menariknya, film ini tak seperti legen­da Raja Arthur yang biasa. Dialognya dibuat penuh dengan unsur jenaka. Sebagian besar dengan menggunakan humor percakapan kontradiktif.

Misalnya ketika Arthur berkata, “Aku tidak akan terseret masuk dalam kekacauan ini! Kalian memiliki pasukan, tapi aku hanya sendiri. Aku akan bicara, dengan senang hati akan bicara. Tapi aku tak mungkin mau bertarung.” Sedetik kemudian, dia justru sibuk bertarung.

Banyaknya sisipan selera humor membuat film itu terasa dinamis, menghibur, dan layak menjadi pilihan tontonan di akhir pekan. (Her/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya