Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
PARA siswa Madrasah Ibtidaiah (MI) Muhammadiyah di Desa Muntang, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), langsung menyerbu begitu motor roda tiga masuk ke halaman sekolah. Tangan mereka menggenggam sampah. Ada yang membawa botol bekas, gelas plastik bekas minuman, dan kantong plastik. Sampah yang dibawa mereka serahkan kepada Raden Roro Hendarti, sang pengemudi motor. Dengan menyetorkan sampah itulah, anak-anak dapat memilih buku bacaan yang mereka suka dari deretan buku yang menempel di dinding bak yang ada di belakang motor.
Motor yang dikemudikan Hendarti memang bukan motor biasa, melainkan perpustakaan berjalan. Nama Limbah Pustaka yang disematkan pada perpustakaan itu menggambarkan konsep kepedulian lingkungan sekaligus literasi yang diusung Hendarti. Perempuan berusia 44 tahun menuturkan ide limbah pustaka merupakan pengembangan dari bank sampah yang telah lebih dulu ia dirikan. “Saya berpikir, kenapa tidak ya ada penggabungan antara mengumpulkan sampah dan meminjamkan buku keliling,” tutur Hendarti soal perpustakaan unik yang dijalankannya sejak akhir 2016 itu.
Selain ke sekolah, Hendarti rutin menyambangi posyandu. Sampah yang terkumpul akan dipilah dan didaur ulang menjadi berbagai aksesori. Meski begitu, ada pula murid atau warga yang datang membaca buku tanpa membawa sampah. Hendarti memaklumi. Baginya, tujuan utamanya meningkatkan minat baca tetap dapat dicapai. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved