Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Indeks Menatap Level 6.000

Fathia Nurul Hag
20/3/2017 03:30
Indeks Menatap Level 6.000
(ANTARA /AUDY ALWI)

REKOR baru indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdaganagn Jumat (17/3) lalu tampaknya akan terus berlanjut seiring dengan terus menggeliatnya aktivitas investasi para investor lokal.

Jika kinerja yang agresif terus ditunjukkan IHSG, tahun ini diperkirakan level 6.000 bisa tercapai.

"Saya rasa, juga analis sekuritas percaya, indeks bisa sampai 6.000," ujar Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Nicky Hogan saat ditemui seusai acara investor gathering di Main Hall BEI, Jakarta, akhir pekan lalu.

Nicky berpendapat rekor baru IHSG Jumat lalu bukan semata disebabkan momentum dan spekulasi, melainkan juga didukung fundamen yang membaik.

Ia yakin indeks tidak akan cepat naik dan turun seperti yang sudah-sudah kendati IHSG memang rentan sekali dengan isu-isu politik baik domestik maupun global.

Oleh karena itu, menjadi tugas pemerintah untuk menjaga stabilitas politik dan ekonomi.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Nurhaida menambahkan porsi investor asing dan domestik tahun ini juga mengalami perubahan.

Jika sebelumnya porsi kepemilikan asing selalu lebih dari 60%, sejak Januari lalu ia mengamati kepemilikan lokal sudah sedikit lebih tinggi daripada asing.

"Terakhir yang saya tahu porsi kepemilikan investor domestik sudah 50,02%. Sekarang mungkin sudah lebih tinggi. Memang ini berfluktuasi setiap hari," ujar Nurhaida.

Naiknya porsi investor lokal tidak lepas dari dampak kebijakan diskon untuk investor yang ingin melakukan balik nama atau crossing saham tahun lalu sehingga saham-saham yang selama ini tercatat sebagai milik asing tetapi ternyata sudah berpindah tangan kepada investor lokal juga telah dibalik namakan.

Tentunya, lanjut Nurhaida, kebijakan tax amnesty yang diberlakukan pemerintah memberikan pengaruh ke bursa.

Hingga saat ini ada sekitar Rp9 triliun dana repatriasi yang masuk lewat bank persepsi sudah diinvestasikan di pasar modal dari total dana repatriasi sebesar Rp143 triliun.

"Pada saatnya nanti pemilik dana mulai mencari sumber lain yang bisa memberikan return, mereka bisa masuk pasar modal," ujar Nurhaida.

Rating S&P

Kepala riset PT Buana Capital Suria Dharma melihat suatu rekor sering kali diikuti pula oleh koreksi.

Transaksi beberapa hari terakhir lebih besar daripada biasanya dan beli bersih oleh investor asing atau foreign net buy cukup tinggi yakni sebesar Rp5,42 triliun sepanjang pekan lalu.

"Dalam kondisi seperti ini faktor fundamental perusahaan yang akan dilirik kembali. Mungkin level selanjutnya akan dicoba untuk tembus level 5.600," ujarnya saat dihubungi, kemarin.

Faktor yang bisa membuat pergerakan indeks positif ialah bila lembaga pemeringkat S&P jadi menaikkan rating Indonesia ke level investment grade.

Saat ini S&P menjadi satu-satunya lembaga pemeringkat yang belum menaikkan rating Indonesia.

"Ya kita lihat saja nanti. Ada comment mereka yang belum begitu yakin. Tentu saja bagus kalau S&P bisa naikkan rating-nya," tandasnya.

Beberapa sektor yang perlu diperhatikan ialah sektor perbankan dengan BNI, BRI, dan BCA yang laba mereka naik.

Juga ada sektor telekomunikasi yang beberapa emiten mereka seperti Telkom, Indosat, dan XL Axiata membukukan kinerja positif. (Try/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya