Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
ORANG-ORANG yang berbahagia cenderung bakal melahirkan bayi laki-laki.
Percaya atau tidak, tapi ada beberapa penelitian yang menyimpulkan negatif atau positifnya suatu peristiwa besar dapat memengaruhi rasio jenis kelamin bayi.
Penelitian Gwinyai Masukume dan Victor Grech di Afrika Selatan menunjukkan, 9 bulan setelah Piala Dunia 2010, jumlah kelahiran bayi laki-laki meledak.
Tahun itu merupakan momen Afrika Selatan menjadi tuan rumah perhelatan sepak bola terakbar dunia tersebut.
Februari dan Maret 2011 menjadi periode dengan kelahiran bayi laki-laki tertinggi sepanjang periode 2003 sampai 2012.
Paling tidak, ada 1.000 lebih kelahiran bayi laki-laki yang melampaui jumlah ekspektasi dalam dua bulan tersebut.
Di lain hal, saat kematian Putri Diana maupun serangan teror 11 September di Amerika Serikat, persentase kelahiran bayi laki-laki relatif menurun seiring meningkatnya tingkat keguguran.
Peristiwa yang berkaitan dengan perekonomian pun bukan tanpa kecuali.
Menurut riset lain dari Grech, resesi besar yang berlangsung selama 1,5 tahun di 'Negeri Paman Sam' disebut sebagai peristiwa yang membuat rasio kelahiran bayi laki-laki drop pada separuh akhir 2007.
Sebelum Desember 2007, AS sebenarnya belum resmi masuk resesi, tapi telah bermunculan tanda-tanda melemahnya harga properti yang kemudian memengaruhi turunnya rating surat berharga, dan kebangkrutan firma-firma finansial.
Hal-hal itu telah memacu stres masyarakat.
Kontraksi ekonomi pada saat penyatuan Jerman Barat dan Jerman Timur juga ditengarai 'menekan' jumlah kelahiran bayi laki-laki.
Pada saat itu, tingkat stres masyarakat eks Jerman Timur menguat lantaran menghadapi efek paripurna akan pasar bebas di sektor ketenagakerjaan.
Pengangguran meningkat dan ekonomi bergejolak dalam setahun pertama setelah unifikasi.
Musim pun disebut-sebut punya pengaruh.
Di AS, kebanyakan bayi laki-laki lahir pada awal musim semi dan musim panas ketimbang musim gugur dan musim dingin.
Ada dua faktor untuk menjelaskan bagaimana kebahagiaan--atau sebaliknya--punya impak terhadap jenis kelamin bayi.
Pertama, frekuensi hubungan intim akan meningkat saat orang-orang berbahagia.
Itu bisa membuat perbedaan signifikan mengingat perempuan amat mungkin melahirkan bayi laki-laki jika pembuahan terjadi menjelang akhir masa subur.
Peluang momentum tersebut terwujud tentu kian besar seiring meningkatnya frekuensi hubungan intim.
Hipotesis lain, stres bisa membawa kegagalan pada kehamilan bayi laki-laki, dan bahwa kehamilan bayi laki-laki cenderung lebih rentan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved