Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
BADAN Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membuka 2017 dengan optimistis. Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong, saat menggelar konferensi pers di Jakarta, kemarin, mengatakan per 30 September 2016 tercatat total investasi sudah mencapai 74% dari target Rp594 triliun.
Untuk realisasi sepanjang 2016, masih harus menunggu data keseluruhan yang akan keluar akhir bulan ini. “Tapi kami optimistis target yang dicanangkan bisa tercapai,” ujar Lembong.
Capaian itu menjadi bekal untuk mewujudkan target investasi 2017 yang dipatok Rp678 triliun, atau tumbuh sektiar 17,5% dari target 2016. Bahkan, BKPM telah membuat proyeksi ambisius, dua tahun mendatang target investasi dipatok pada angka Rp863 triliun. “Dari 2016 ke 2018 mencapai 45%. Lonjakannya luar biasa, tapi itu harus dilakukan karena memang sudah seharusnya,” tegas eks menteri perdagangan itu.
Ia menyebutkan tiga dari empat pilar pertumbuhan ekonomi, yakni konsumsi, belanja negara, dan ekspor sedang tidak bisa bergerak lebih jauh. Maka, satu-satunya tumpuan harapan mengebut pertumbuhan ekonomi di atas 5% ialah melalui investasi.
Apalagi, menurutnya Indonesia punya tiga modal utama untuk menarik investasi asing, yaitu keamanan, stabilitas, dan reformasi.
Walakin, Lembong mengakui ada faktor-faktor perekonomian yang tetap perlu dicermati, seperti penguatan kurs dolar AS yang notabene akan memengaruhi pendapatan ekspor. “Sekarang tekanan dialami semua negara, termasuk Jepang dan Tiongkok. Saya melihat itu tidak hanya sebagai tantangan, tapi juga peluang.”
Lembong mencontohkan, penguatan dolar membuat daya beli masyarakat AS membaik dan ekspor AS meningkat. Itu adalah peluang bagi Indonesia.
Lebih lanjut, ia mengemukakan tahun ini pemerintah akan meng-arahkan dana asing yang masuk ke sektor jasa, terutama pariwisata, yang berkontribusi terhadap separuh dari perekonomian nasional.
Perihal isu tenaga kerja asing (TKA) yang belakangan ramai, Lembong menilai wajar jika investor asing memboyong mereka untuk memastikan proyeknya berjalan baik. Toh, menurut dia, sebagian besar TKA untuk waktu singkat. “Biasanya mereka hanya bekerja hingga tahun pertama karena kemampuan berbahasa mereka sangat dibutuhkan. Contohnya, pemasangan mesin-mesin yang menggunakan bahasa Jepang atau Mandarin, pasti lebih efektif jika dikerjakan langsung tenaga kerja negara tersebut.”
Realistis
Dalam kesempatan terpisah, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memasang target pertumbuhan ekspor nonmigas yang realistis, yakni 5,6%, untuk 2017. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam jumpa pers di Jakarta kemarin mengatakan target peningkatan ekspor nonmigas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2017 tercatat 11,9%. “Sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi global yang cenderung melambat, Kemendag secara realistis memproyeksikan target ekspor nonmigas 2017 menjadi 5,6%.”
Pada periode Januari-November 2016, kinerja ekspor nonmigas mencapai US$118,80 miliar atau menurun 1,96%. Secara keseluruhan, total kinerja ekspor Indonesia US$130,65 miliar atau menurun 5,63%.
Rencana Kemendag menjaga pertumbuhan ekspor antara lain dengan merangsek ke pasar-pasar baru nontradisional dengan tetap menjaga pasar yang ada. Indonesia juga akan melakukan diversifikasi produk, khususnya yang berasal dari usaha kecil menengah (UKM) melalui penguatan desain dan kemasan serta furnitur.
“Daya saing terus ditingkatkan dengan fasilitasi pengembangan produk dan penyediaan informasi pasar,” kata Enggartiasto.
Kemendag juga akan mengevaluasi negara-negara tujuan ekspor, produk-produk baru yang diekspor, serta reposisi perwakilan perdagangan di luar negeri.
Senada, Presiden Joko Widodo meminta pemerintah tidak terpukau pada pasar besar seperti AS dan Tiongkok. Itu dilakukan agar mesin ekonomi dapat lebih seimbang jika pasar ekspor telah kembali normal. Hal itu disampaikan Menko Perekonomian Darmin Nasution di Istana Bogor, kemarin.
“Presiden menyarankan agar mencari pasar nonkonvensionaltapi (produknya) tradisional. Kita jangan hanya terpukau pada pasar Amerika, pasar Tiongkok, tapi masih ada India, Pakistan, Aljazair, Nigeria, dan sebagainya terhubung mereka,” jelas Darmin. (Ant/Mtvn/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved