Headline

PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.  

Fokus

Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.

Industri Asuransi Berperan Jadi Penggerak Stabilitas Sistem Keuangan Nasional

Media Indonesia
30/7/2025 22:33
Industri Asuransi Berperan Jadi Penggerak Stabilitas Sistem Keuangan Nasional
Ilustrasi(Dok. Istimewa)

MEMASUKI semester II 2025, industri asuransi Indonesia dihadapkan pada tantangan struktural yang tidak ringan. Ketidakpastian global, tekanan inflasi, pelemahan daya beli masyarakat, serta peningkatan rasio klaim pada sektor asuransi umum, menjadi faktor yang harus direspons dengan kehati-hatian dan strategi adaptif.

Indonesia Financial Group (IFG) sebagai holding BUMN asuransi, penjaminan dan investasi yang merupakan bagian dari Danantara Indonesia, memandang pertumbuhan dan keberlanjutan industri asuransi nasional tidak dapat dilepaskan dari perannya sebagai penggerak stabilitas sistem keuangan nasional.

Sekretaris Perusahaan IFG Denny S Adji menuturkan asuransi berfungsi sebagai pelindung risiko yang mendukung keberlanjutan sektor produktif dan perlindungan sosial masyarakat.

“Industri asuransi kini memikul peran strategis sebagai instrumen keuangan yang memberikan perlindung terhadap risiko. Integrasi kebijakan, pengawasan adaptif, dan literasi publik menjadi pondasi ekosistem terintegrasi,” kata Denny, dalam diskusi bertema Insurance Industry Outlook-Challenges and Opportunities, di Jakarta, Rabu (30/7).

Melihat prospek industri asuransi saat ini, Denny menilai peluang tetap terbuka lebar melalui reformasi kebijakan, digitalisasi layanan, serta komitmen pemangku kepentingan dalam membangun sistem keuangan yang berkelanjutan.

"Di tengah tekanan eksternal dan domestik, industri asuransi perlu menata ulang pendekatan bisnis dengan menempatkan tata kelola, inovasi, dan integrasi sebagai fondasi utama," ucapnya.

Dirinya berpandangan, industri asuransi dan dana pensiun memegang peranan strategis sebagai investor di pasar keuangan nasional, dengan kepemilikan sekitar 19% pada Surat Berharga Negara (SBN). Mayoritas aset investasi sebesar 63% dialokasikan ke obligasi, sementara sisanya tersebar pada saham, deposito, dan reksa dana.

Pada kesempatan itu, turut hadir sejumlah peneliti IFG Progress seperti Ibrahim Kholilul Rohman, Mohammad Alvin Prabowosunu, dan Rosi Melati yang mengulas topik seputar outlook ekonomi, performa industri asuransi jiwa dan umum, serta tantangan makro yang perlu diantisipasi para pelaku industri.

"Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat membangun persepsi yang lebih konstruktif terhadap industri asuransi nasional," jelas Denny.
Ia juga menegaskan industri asuransi bukan sekadar instrumen proteksi, melainkan bagian penting dari kerangka pembangunan ekonomi berkelanjutan.

"Dengan semangat kolaborasi, IFG menilai asuransi bisa jadi penggerak pertumbuhan yang berdaya tahan pada masa mendatang," pungkas Denny.

Peneliti IFG Progress Rosi Melati menambahkan ada potensi penetrasi pasar asuransi yang besar di kalangan anak muda di bawah umur 30 tahun. Ini terungkap dari survei yang dilakukan IFG Progress dan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), yakni terdapat 53% responden mengungkapkan ketertarikan mereka untuk membeli produk asuransi di masa depan.

“Untuk distribusi dari umur responden, kalau misalnya respondennya itu profilnya di bawah 30 tahun, ternyata mereka ingin lebih cepat membeli produk asuransi,” pungkas Rosi. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya