Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

IMF Optimistis pada Ekonomi RI

Jessica Sihite
27/11/2016 06:15
IMF Optimistis pada Ekonomi RI
(ANTARA/Yusuf Nugroho)

Tax amnesty akan meningkatkan basis dan kolektibilitas pajak yang optimal sehingga dari sisi fiskal tidak akan ada kendala.

DANA Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memuji sejumlah langkah pemerintah di tengah gejolak ekonomi global. Perekonomian Indonesia diproyeksikan bisa tetap tumbuh di kisaran 5,1% pada 2017 dengan sebagian besar didorong peningkatan konsumsi dan investasi swasta.

"Kontribusi itu merupakan respons dari mulai pulihnya harga komoditas dan suku bunga bank yang lebih rendah pada 2017," kata Dewan Eksekutif IMF Luis E Breuer dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (25/11).

Sepanjang 2016, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% dengan penopang utama konsumsi swasta yang terus menggeliat. Inflasi tahunan (yoy) hingga akhir 2016 diperkirakan 3,3% dan akan meningkat pada 2017 di 3%-5% karena penyesuaian jumlah sasaran subsidi listrik. "Defisit transaksi berjalan bisa naik dari 2% dari produk domestik bruto (PDB) 2016 menjadi 2,3% di 2017 karena naiknya investasi tetap dan impor," ujar Breuer.

Perekonomian Indonesia hingga akhir November 2016 dinilai cukup baik karena didukung kebijakan yang tepat dan hati-hati dari aspek makroekonomi dan perbaikan reformasi struktural perekonomian. "Otoritas (di Indonesia) terampil mengarahkan perekonomian untuk melewati dinamika ekonomi global.

"Karena itu, IMF mendukung langkah pemerintah memperbaiki struktur fiskal lewat pemangkasan anggaran secara proporsional sesuai dengan penerimaan negara. Cara pemerintah memperluas sumber penerimaan negara telah sesuai dengan koridor stabilitas karena efisien dan mampu menjaga defisit tidak melebihi 3% dari PDB.

IMF juga memuji penerapan instrumen bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate dan langkah penyesuaian suku bunga acuan yang dinilai tepat dengan kondisi gejolak eksternal sepanjang 2016.

Saat BI menurunkan suku bunga acuan 150 basis poin secara akumulasi hingga Oktober 2016, hal itu disebut IMF sebagai langkah tepat karena inflasi terjaga dan tekanan eksternal mereda. Peningkatan ketidakpastian ekonomi global pada November 2016 disiasati BI dengan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,75%.

Objektif dan optimistis

Gubernur BI Agus Martowardojo menyebut kajian terbaru IMF yang dilakukan pada 7-18 November 2016 itu cukup objektif dan memberi pesan optimistis mengenai perbaikan kondisi ekonomi Indonesia terkini.

Hal senada diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang juga meyakini tren positif itu berlanjut di 2017.

"Melihat pertumbuhan kuartal III 5,04%, akhir tahun masih bisa 5%. Tahun depan masih sekitar 5%, makanya di APBN 2017 kita targetkan 5,1%," ucap Sri di Sentul, Bogor, kemarin.

Investasi dari perbankan dan pasar modal serta konsumsi domestik akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dia memperkirakan konsumsi domestik masih terjaga di 5% dengan melihat terjaganya inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di 2016.

Menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Muhammad Faisal, proyeksi IMF itu umumnya bersifat moderat, tidak optimistis dan tidak pesimistis juga.

"Kalau kami (CORE) melihat pertumbuhan ekonomi bisa 5,2%," terangnya. Tax amnesty akan meningkatkan basis dan kolektibilitas pajak yang optimal sehingga dari sisi fiskal pemerintah tak akan mendapat kendala berarti. (Dro/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya