Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Pelajari Gaya Hidup untuk Memahami Pasar

Fetry Wuryasti
21/11/2016 02:15
Pelajari Gaya Hidup untuk Memahami Pasar
(MI/ Adam Dwi)

BEKERJA sebagai seorang profesional dengan pengalaman hampir 30 tahun di industri barang konsumen, baik di bidang pemasaran, penjualan, maupun manajemen umum di berbagai negara membuat Achyut Kasireddy banyak melakukan perjalanan.

Dari kegiatan itu, dia banyak berinteraksi langsung dengan pasar dan mempelajari pola konsumsi serta gaya hidup di setiap wilayah.

pemasaran, memimpin, dan membangun perusahaan di beberapa negara, sebut saja Sri Lanka, Singapura, Tiongkok, dan kini Indonesia, membuat saya memiliki kesempatan untuk travelling dan mengenal seperti apa kebiasaan suatu pasar di daerah.

"Sangat menyenangkan mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya. Kalau hanya terbang berpindah dari dan ke satu destinasi, sebenarnya kita kehilangan rasa perjalanan itu sendiri," ujar President Director of Fonterra Indonesia itu di Jakarta, akhir pekan lalu.

Sejak didapuk sebagai pemimpin Fonterra Indonesia sejak November 2015, dirinya baru sempat melakukan perjalanan kereta ke Baturraden.

Dia terkesima dengan pengalaman menumpang kereta yang bersih, yang sangat berbeda dari di India.

Selama perjalanan melintasi daerah perdesaan, ia banyak melihat pemandangan yang menyenangkan.

"Saya berharap bisa lebih banyak travelling di Indonesia sehingga saya dapat memahami negara ini, penduduknya, dan menemukan beragam kesempatan yang lebih baik lagi," tuturnya.

Hal itu tidak terlepas dari akar Fonterra, perusahaan multinasional susu dan produk olahan susu asal Selandia Baru yang dimiliki sekitar 10.500 peternak susu Selandia Baru.

Mereka sekaligus berperan sebagai pemasok susu untuk perusahaan.

Nama Fonterra berasal dari bahasa Latin, fons de terra, yang berarti 'musim semi dari tanah' atau susu yang berasal dari bahan alami.

Selama 35 tahun berbisnis di Indonesia, mereka telah menginvestasikan NZD$735 miliar untuk komitmen jangka panjang demi terus menemukan inovasi susu.

Selama 10 tahun terakhir, mereka menjadi salah satu investor terbesar di ASEAN, yaitu NZD$36 juta (US$30 juta) untuk membangun Fonterra Indonesia's Blending & Packing Site di Cikarang dan memberikan beasiswa kepada petani susu lokal.

Secara global, bisnis Fonterra terbagi tiga, yaitu bisnis bahan produk makanan dan minuman, bisnis produk olahan susu premium untuk hotel, restoran dan kafe (Horeka), dan terakhir product brand nutrition, seperti produk susu mereka yang dipasarkan di Indonesia.

"Kami kini memperkerjakan 300 karyawan dan melatih mereka agar bisa memberikan pengaruh untuk ikut berkontribusi membangun organisasi."

Untuk pasar ritel, produk susu mereka antara lain Anlene, Anmum, Boneeto, Anchor UHT, dan Anchor produk olahan susu.

"Sederhana, tujuan kami berkontribusi memasok susu ke sini tak lain untuk Indonesia yang lebih kuat, sehat, dan bahagia. Kami tidak hanya menjual barang, tetapi juga lebih menginspirasikan keluarga untuk menyokong kehidupan sehari-hari melalui nutrisi susu," ujarnya.

Sebagai perusahaan susu bernutrisi, mereka melakukan pendekatan bukan dari konsumsi susu, melainkan dari cara mengatur gaya hidup orang Indonesia di kota besar yang memiliki mobilitas tinggi dan kesulitan memenuhi segala kebutuhan hidup.

"Kami memberikan inspirasi melalui pekerjaan yang telah dilakukan selama lebih dari dua tahun bahwa 85% orang Indonesia tidak memiliki cukup latihan olahraga sehari-hari. Melalui produk Anlene kami mendorong konsumen menyediakan setidaknya 30 menit sehari melakukan latihan apa pun yang mereka suka dan mengonsumsi nutrisi yang cukup."

Hal itu, imbuhnya, akan membuat mereka memiliki tulang dan otot yang kuat agar mampu bergerak untuk menyelesaikan lebih banyak kesibukan mereka sehari-hari.

"Segelas susu kami telah melalui pemeriksaan rantai nilai nutrisi, baik dari petani susu, kemudian 350 peneliti, maupun support staff di Selandia Baru yang secara konstan menguak kebaikan dari produk susu, memahami kompleksitas dari susu yang bernutrisi baik, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat," urainya.

Pasar di Indonesia, menurut Achyut, sangat potensial karena pertumbuhan ekonomi terus bertumbuh dan itu menandakan keuangan masyarakat kelas menengah lebih kuat.

Hal tersebut ditandai dengan makin besarnya jumlah urbanisasi, dengan kelompok masyarakat terdidik yang telah mampu secara finansial mulai mencari tahu pola dan nutrisi dan gaya hidup yang lebih sehat.

Seperti kampanye 10 ribu langkah per hari guna mencegah osteoporosis, juga kampanye menyadarkan masyarakat untuk terus aktif bergerak 30 menit per hari agar menguatkan tulang dan otot.

Inspirasi seperti itu lebih cocok untuk pangsa pasar kota besar Indonesia, yang padat dengan jadwal pekerjaan, terbatasnya waktu, tidak sempat berolahraga, terlalu lama duduk baik di kantor maupun terjebak kemacetan, serta pola hidup makanan yang kurang diatur.

"Mereka mencari produk yang sehat, mudah dikonsumsi, serta mengandung nutrisi yang alami, seperti kalsium, yang memungkinkan mereka untuk kondisi hidup yang lebih baik demi menjalani aktivitas sampai lanjut usia. Hal ini juga mereka pikirkan agar biaya kesehatan di hari tua lebih efisien bila menjaga tubuh mulai lebih awal," paparnya.


Konsumsi susu rendah

Dunia, menurutnya, sudah sangat berubah.

Achyut mengatakan, pada eranya, anak-anak dituntut untuk pendidikan.

Hari ini, orangtua membuka selebar-lebarnya kesempatan kepada anak-anak mereka untuk mengeksplorasi hasrat minat mereka, baik untuk olahraga, seni, maupun kegiatan lainnya.

"Di Indonesia, bila sedang berkeliling supermarket, saya sering menemui para ibu yang membaca kandungan dalam susu baik untuk dirinya maupun susu anak. Ini menandakan mereka sudah mulai sadar mencari tahu nutrisi apa saja yang dibutuhkan, bahkan sejak 1.000 hari pertama kehidupan bayi pada ibu hamil. Ini yang kami lalukan, menginspirasi keluarga untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup,"

Di sisi lain, ketersediaan produk susu lokal belum mampu memenuhi permintaan, yaitu hanya 1.800 ton susu per hari atau hanya 1/5 dari permintaan.

Gap itu, menurut Achyut, dapat dipenuhi susu impor.

Perusahaannya pada 2016 ini menyuplai total 88 ribu ton dengan rincian 24 ribu ton bubuk susu murni atau whole milk powder (WMP), 23 ribu ton susu skim, dan 13 ribu ton produk keju.

"Di antara negara ASEAN seperti Singapura yang mengonsumsi susu sebesar 51 liter per tahun per orang, Malaysia memiliki konsumsi 44 liter/tahun/orang dan Thailand 33 liter/tahun/orang, sedangkan Indonesia masih 12 liter/tahun/orang. Namun, jumlah itu sudah meningkat 5% dari tahun lalu sehingga potensinya masih besar. Market value dari ritel susu juga diproyeksikan terus meningkat sampai 2019. Bila kesadaran hidup sehat ini terus berlangsung, itu akan mengurangi beban negara untuk jaminan kesehatan."

Fonterra juga menginisiasi edukasi untuk memperbaiki iklim perawatan sapi perah mereka agar dapat menghasilkan produksi susu yang lebih baik dan menghasilkan biaya efektif bagi petani susu.

Komitmen jangka panjang yang kami buat ini bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.

"Kami utama fokus di Jawa Barat dan Jawa Tengah, sudah sekitar 4 tahun, kepada 12 petani susu yang mendapat pelatihan dan tidak hanya mengimplementasi, tapi juga membagi ilmunya ke petani susu lainnya di daerah mereka."


Memasak ialah pelepas stres

Achyut mengaku sangat beruntung ditempatkan di berbagai belahan dunia dengan kultur yang berbeda.

Dirinya ditempatkan di Fonterra Sri Lanka, pindah ke Singapura, Tiongkok, dan Indonesia.

Setiap pasar sangat dia nikmati karena berbeda karakteristik dan tantangan, terutama untuk berhubungan dengan komunitas lokal baik konsumen maupun pekerja.

"Saya sangat menikmati kerja sama dengan tim lokal, menciptakan organisasi yang mampu mencapai tujuan bersama. Di Indonesia, tantangan sekaligus kesempatan ialah menarik minat dan melatih kembali bakat petani susu dengan menyediakan platform yang tepat," kata alumnus Wharton School, University of Pennsylvania, Amerika Serikat, itu.

Hal itu menarik baginya karena selama hampir 30 tahun bekerja, ia banyak menghabiskan waktu di pasar dan memahami kondisinya. Berinteraksi kasual dengan konsumen juga memberikan banyak pencerahan dan memberikan ide baru.

Kegiatan berkelilingnya dia lakukan sembari berbelanja kebutuhan memasak. Diakuinya, memasak berguna sebagai pelepas stres.

"Saya sangat menyukai memasak dan menggunakannya sebagai pelepas stres. Saya sering berusaha mencoba kombinasi resep yang unik, juga resep dari nenek, saya tambahkan beberapa bahan baru. Saya juga pencinta binatang, dalam hal ini anjing yang telah ikut saya berkeliling negara. Jadi, bila saya kembali pulang ke rumah, butuh banyak waktu yang dihabiskan bersamanya," tandas Achyut semringah. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya