Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
TAHUN depan perekonomian domestik diprediksi memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pertumbuhan.
Selain konsumsi rumah tangga yang secara konstan menopang pertumbuhan ekonomi, investasi juga tidak kalah penting.
"Hanya, Indonesia kurang investasi. Menurut Bank Dunia, rasio investasi terhadap PDB hanya 33,8%. Padahal setiap 1% PDB tumbuh harus didukung rasio investasi 6%-6,8%. Artinya, untuk tumbuh 6% butuh rasio investasi paling tidak 36%," kata Chatib Basri, Menteri Keuangan periode 21 Mei 2013-20 Oktober 2014, dalam seminar bertema UOB Indonesia Economic Outlook 2017-Post Indonesia Economic Reform & US Election: What's Next for Indonesia?, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, kemarin.
Chatib memperkirakan modal asing yang masuk ke Indonesia pada 2017 juga tidak sederas tahun ini karena The Fed akan menaikkan suku bunga acuan.
Tahun ini The Fed masih menahan level suku bunga di posisi 0,25%-0,5%.
Bank Sentral AS baru menaikkan suku bunga setelah pemerintahan Trump memutuskan mencari pendana-an dari pasar keuangan untuk menutupi defisit anggaran akibat ekspansifnya belanja fiskal.
"Untuk meningkatkan pertumbuhan, kita harus meningkatkan investasi atau membuat efisien investasi yang ada. Langkah pemerintah membangun infrastruktur sudah mengarah ke sana," ujar Chatib.
Direktur Eksekutif Treasury Global Markets UOB Frederikus P Weoseke menambahkan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) memang meningkat.
Sejak 2013, Frederikus mengakui sudah ada 70 perusahaan asing menanamkan modal di Indonesia pada proyek infrastruktur dan manufaktur.
Presiden Direktur UOB Kevin Lam menyebutkan investor asing semakin tertarik berinvestasi di Indonesia berkat 14 paket kebijakan yang telah diluncurkan pemerintah.
"Namun, kita harus mewaspadai tekanan global. Indonesia merupakan negara dengan rasio surat utang dipegang investor asing tertinggi ketimbang Malaysia dan Thailand."
Situasi tersebut, menurut Lam, membuat posisi tawar Indonesia di tengah ketidakstabilan global menjadi rendah.
Hingga Oktober 2016, total persentase nilai surat utang pemerintah yang dipegang investor asing mencapai 38,9%.
Dengan demikian, porsi ekonomi domestik harus digenjot untuk menawar arus modal keluar.
Kemenkeu merilis data nilai surat utang negara yang dibeli kembali dari pasar pekan lalu mencapai Rp500 miliar.
Tidak andalkan ekspor
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan arah kebijakan AS yang proteksionis akan mengubah skema perdagangan global. Negara berkembang tidak bisa lagi mengandalkan ekspor untuk menopang pertumbuhan.
"Ada tiga hal yang dikemukakan Trump. Pertama, menindak Tiongkok karena melakukan manipulasi mata uang untuk meningkatkan ekspor, kedua negosiasi ulang terkait dengan AFTA, dan ketiga menolak kesepakatan Trans Pacific Partnership karena akan menghancurkan manufaktur," kata Plt Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Tjahja Widayanti yang membacakan sambutan Mendag. (Try/Ant/X-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved