DALAM upaya menahan pelemahan rupiah agar tidak berlarut-larut, Bank Indonesia (BI) berencana memberi insentif kepada eksportir yang menempatkan devisa hasil ekspor di dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung seusai salat Jumat di Mesjid BI Jakarta, kemarin.
"Insentif bisa berupa potongan pajak bunga deposito. Kini ada bunga simpanan kena pajak 20% untuk deposito di dalam negeri, di Singapura tidak ada. Kami coba beri insentif. Jika pengusaha menempatkan dalam (deposito) satu bulan diberi diskon, misalnya 5%. Kalau tiga bulan, diskon 10%. Kami tidak keberatan devisa hasil ekspor disimpan di dalam negeri dalam bentuk dolar. Kalau dikonversi ke rupiah, diberi diskon lagi," kata Juda.
Langkah lain yang juga digagas Bank Sentral, yakni mendorong perusahaan di Tanah Air melakukan transaksi forward jual valuta asing (valas). Transaksi forward ialah pembelian dan penjualan valas dengan kurs yang ditetapkan pada saat transaksi dilakukan. Kurs berlaku untuk waktu dua hari hingga satu tahun. Penyerahan valas dilakukan di masa datang dan nasabah membayar dengan rupiah pada kurs forward jual.
"Hal ini dilakukan dengan melonggarkan ketentuan yang menghambat, seperti merevisi PBI 16. Kini transaksi nonunderlying maksimal US$1 juta untuk forward jual, kami longgarkan ke arah lebih tinggi menjadi US$5 juta," ujar Juda.
Selain itu, lanjut Juda, BI juga memperbarui kebijakan bilateral currency swap arrangement atau pengaturan transaksi tidak menggunakan dolar AS, tetapi memakai rupiah atau mata uang negara yang menjalin kerja sama dagang dengan Indonesia. "Itu akan memperkuat cadangan devisa negara."
Saat menanggapi rencana BI tersebut, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengakui hanya otoritas moneter yang bisa memulihkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara langsung. "Pemerintah berkomunikasi dengan BI dan OJK untuk mengoordinasikan persoalan pelemahan rupiah."
Kemarin, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate BI, rupiah melemah 67 poin menjadi 14.690 per dolar AS dibanding Rabu (23/9) pada posisi 14.623.
Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati menilai pemerintah perlu mempertajam paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan beberapa waktu lalu. "Kalau paket kebijakan itu riil, rupiah tidak tembus 14.700 per dolar AS." (Arv/Bow/Jay/X-4)