Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
EKONOM sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, perlunya peninjauan ulang kebijakan pemerintah yang selama ini yang memberatkan APBN. Hal itu untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan investor, guna memulihkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Nailul mengatakan, investor asing melepas modal dari Indonesia karena melihat fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai kurang baik, sehingga melepas modal dari Indonesia dan IHSG memerah.
Selain itu, tertekannya IHSG juga disebabkan oleh adanya aliran uang yang berpindah kepada Surat Berharga Negara (SBN), seiring dengan suku bunga pengembalian SBN yang tinggi, di atas 7%.
"Poin yang paling utama adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang memberatkan APBN dan memiliki sentimen negatif di masyarakat," ujarnya.
Ia mengatakan, evaluasi itu harus dilakukan di pasar Surat Berharga Negara (SBN) agar tidak saling berebut likuiditas pasar uang.
Lebih lanjut, Nailul menjelaskan, trading halt atau penghentian sementara perdagangan di pasar saham, merupakan dampak dari akumulasi beberapa kebijakan atau kejadian yang menyebabkan kepercayaan dari investor menurun.
Selanjutnya, terdapat penurunan peringkat investasi saham Indonesia oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs akibat data fiskal yang tidak menggembirakan, seperti potensi rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) yang akan membengkak.
"Akibatnya, ada panic selling investor, terutama investor dari luar negeri. Mereka menahan investasinya sembari wait and see kebijakan pemerintah," ucapnya. (Ant/E-1)
Industri pindar masih menghadapi tantangan serius akibat maraknya pindar ilegal, praktik joki, dan komunitas gagal bayar yang berpotensi mengganggu keberlanjutan ekosistem pindar.
Center of Economic and Law Studies (Celios) meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut mengaudit data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Luhut tak sepakat perstiwa ini disebabkan karena tidak adanya kepercayaan dari investor. Sebab, jebloknya IHSG bisa terjadi di semua pasar saham.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved