SEKITAR 20 juta rumah tangga pemakai listrik tarif subsidi akan dimigrasi ke listrik nonsubsidi mulai tahun ini. Hal itu bertujuan agar penyaluran subsidi setrum lebih tepat sasaran.
Mengutip data dari PT PLN, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jarman mengatakan ada sekitar 46 juta rumah tangga konsumen listrik berdaya 450 VA dan 900 VA. Namun, data jumlah rumah tangga yang miskin dan rentan miskin yang ia peroleh dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) ialah 25 juta rumah tangga. Artinya, ada sekitar 20 juta rumah tangga yang tidak seharusnya memperoleh subsidi listrik.
"Mereka harus migrasi ke 1.300 VA karena mereka itu bukan lagi masyarakat yang rentan miskin," ucap Jarman saat ditemui di kantornya, Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan proses migrasi sejumlah rumah tangga nantinya dilakukan melalui sosialisasi oleh petugas TNP2K terkait dengan pihak yang berhak memperoleh subsidi listrik. Untuk memfasilitasi migrasi itu pun, Jarman mengungkapkan akan membebaskan biaya penaikan daya listrik rumah tangga.
"Nanti akan gratis kalau mau naik daya," imbuhnya.
Data dari PLN, penambahan daya listrik dari 450 VA ke 1.300 VA memakan biaya Rp799.450. Sementara itu, biaya penambahan daya listrik dari 900 VA ke 1.300 VA sebesar Rp377.800.
Proses pengajuan penambahan daya bisa dilakukan via online atau call center 123. Proses penambahan daya memakan waktu minimal lima hari dari waktu pembayaran.
Menurut estimasi Jarman, proses migrasi tersebut tidak akan memakan waktu satu tahun. "Memang perlu waktu. Mudah-mudahan tahun ini kelar," cetusnya.
Sebelumnya, Dirut PLN Sofyan Basir mengatakan pihaknya akan menyisir rumah tangga penikmat daya setrum 450 dan 900 VA. Penertibannya dimulai tahun depan dan ia perkirakan berlangsung sampai 2018. Langkah tersebut ditaksir bisa menghemat subsidi hingga Rp20 triliun.
PLN menemukan salah satu bentuk siasat mengeruk subsidi oleh rumah tangga mampu lewat modus pemasangan beberapa meteran listrik 450 watt atau 900 watt dalam satu rumah.
Tidak kondusif Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mendukung upaya pemerintah untuk melakukan migrasi bagi konsumen listrik bersubsidi yang tidak tepat sasaran.
Namun, alih-alih disegerakan, ia menyarankan agar pengalihan tersebut tetap dimulai tahun depan secara bertahap.
Pasalnya, situasi perekonomian dewasa ini tidak kondusif. Daya beli masyarakat sedang menyusut. Padahal, proyeksinya, migrasi itu bisa menambah biaya tarif dasar listrik (TDL) sampai 100%.
"Misalnya, kalau tadinya TDL hanya Rp150 ribu bisa menjadi Rp300 ribu lebih. Di tengah ekonomi yang gonjang-ganjing gini, lebih baik tahun depan," ucap Tulus saat dihubungi, kemarin.
Dia pun menilai sebaiknya masyarakat dengan golongan listrik 900 VA yang tidak tepat sasaran lebih dulu dimigrasi. Setelah itu, baru kelompok 450 VA yang jumlah penggunanya jauh lebih banyak.
Dari data yang ia lihat selama ini, jumlah kelompok masyarakat miskin dan rentan miskin bisa mencapai lebih dari 20 juta.
Karena itu, Tulus juga menegaskan agar Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Sosial terus memperbarui data kemiskinan. "Harus hati-hati dan indikatornya, jangan main sikat saja tanpa data yang valid." (E-2)