Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ARAH kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia terkini semakin mendekati puncak kenaikan, Fixed Income Analyst PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Doni Kuswantoro, mengatakan potensi pasar obligasi korporasi Indonesia akan tumbuh lebih baik.
Setelah puncak suku bunga tercapai, suku bunga komersial termasuk imbal hasil obligasi negara Indonesia diperkirakan akan turun sehingga dapat mendorong penerbitan obligasi korporasi.
"Kebutuhan untuk ekspansi dan refinancing, di tengah terkendalinya tingkat inflasi dan membaiknya daya beli masyarakat, akan menarik minat perusahaan menerbitkan obligasi. Apabila terealisasi, kami yakin investasi pada obligasi korporasi akan menghasilkan kinerja yang menarik seiring potensi penurunan suku bunga ke depan," kata Doni, Selasa (28/3).
Baca juga : Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di Angka 5,75%
Faktor utama yang menjadi pertimbangan yaitu tingkat imbal hasil obligasi korporasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Surat Utang Negara (SUN), membuatnya menjadi salah satu alternatif investasi pada kelas aset obligasi.
Namun risiko kredit dan risiko likuiditas yang relatif lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah tetap harus dicermati. Untuk itu, prospek industri/ sektor dan kualitas kredit yang direpresentasikan dengan peringkat kredit (credit rating) menjadi pertimbangan awal dalam memilih obligasi korporasi guna memitigasi risiko kredit dari suatu penerbit obligasi.
Baca juga : Rekomendasi untuk Investor saat Ekonomi Global Diperkirakan Melambat
Untuk meminimalisasi risiko likuiditas, investor dapat memilih penerbit obligasi yang cukup aktif di pasar surat utang (frequent issuer).
"Sebagai gambaran - berdasarkan data PEFINDO - obligasi korporasi dengan peringkat AAA masih mendominasi lebih dari 40% outstanding pasar obligasi korporasi Indonesia," kata Doni.
Hampir seluruh obligasi korporasi yang diperingkat di awal penerbitan memiliki peringkat layak investasi (investment-grade rating) yang ditunjukkan dengan credit rating ‘BBB-‘ atau di atasnya.
Apabila, lembaga pemeringkat kredit memberikan rating di bawah investment grade, biasanya perusahaan tidak jadi menerbitkan obligasinya.
Pada perjalanannya, peringkat bisa turun menjadi non-investment grade (BB+ atau di bawahnya) apabila lembaga pemeringkat melihat penurunan fundamental kredit dari penerbit obligasi atau terjadi credit event yang dapat mempengaruhi kualitas kredit obligasi tersebut.
Belum lama ramai kabar penundaan pembayaran salah satu perusahaan di sektor infrastruktur. Dia berpendapat penurunan kegiatan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19 dalam dua setengah tahun terakhir berimbas ke berbagai sektor, termasuk sektor infrastruktur.
Pembatasan mobilitas masyarakat kala itu sampai menghentikan proyek infrastruktur untuk beberapa saat, sehingga menyulitkan perusahaan konstruksi untuk menyelesaikan proyeknya tepat waktu.
Pada masa pandemi, bank-bank komersial juga selektif mengucurkan kredit sehingga perusahaan sulit untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan tidak berekspansi.
Secara umum, struktur permodalan BUMN di sektor infrastruktur memang memiliki leverage yang lebih tinggi di banding sektor lain, sehingga hal ini meningkatkan risiko sektoral terutama di saat kenaikan suku bunga komersial dan melemahnya kondisi makroekonomi seperti pada era pandemi Covid-19.
"Kami berharap termin pembayaran yang lebih wajar (berdasarkan progres pengerjaan dan atau pembayaran teratur secara periodik) dari pertumbuhan kontrak baru yang didapat para BUMN konstruksi, serta potensi penurunan suku bunga akan memperbaiki kinerja keuangan perusahaan sektor infrastruktur," kata Doni.
Faktor positif lainnya, saat ini para BUMN konstruksi menghindari pengerjaan turnkey project (yang pembayarannya dilakukan hanya setelah proyek selesai) sehingga dapat mengurangi beban neraca keuangan ke depannya.
Penerbitan obligasi korporasi menarik ke depan masih didominasi oleh sektor keuangan, seperti multifinance, bank, dan institusi keuangan non-bank.
Marjin laba yang masih tinggi serta kondisi ekonomi yang menunjukkan pemulihan yang cukup cepat dan ke arah yang lebih baik, akan mendorong sektor ini terus tumbuh.
"Telekomunikasi, baik penyedia jasa (telco provider) maupun perusahaan menara telekomunikasi juga merupakan frequent issuer di pasar obligasi korporasi Indonesia. Rekam jejak yang baik dari perusahaan-perusahaan pada sektor ini membuatnya dapat menjadi pilihan investasi di sektor riil non-keuangan," kata Doni. (Z-4)
Discover adalah salah satu jaringan kartu kredit utama di Amerika Serikat, namun lebih kecil dari tiga jaringan kartu kredit teratas seperti Visa, Mastercard, dan American Express.
BARU saja selesai dengan akuisisi TikTok kepada Tokopedia, sekarang isu rumor merger GoTo dengan Grab sedang ramai dibicarakan, NH Korindo Sekuritas melihat peluang besar yang potensial
Salah satu pokok kesepakatan dalam PKB itu adalah perusahaan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan akibat aksi korporasi dan hal-hal lain terkait masa kerja.
Aksi-aksi korporasi ini dilakukan sebagai bagian dari transformasi menyeluruh yang dilakukan Kementerian BUMN terhadap perusahaan-perusahaan di bawah naungannya.
Akuisisi ini bertujuan memperkuat posisi strategis perusahaan agar berkontribusi lebih besar lagi dalam menciptakan nilai tambah.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2022 yang akan digelar 24 Mei 2023 mendatang, manajemen mengusulkan dividen final sebesar Rp3,5 per saham.
HINGGA akhir April 2025, data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan jumlah investor saham di pasar modal hampir menyentuh angka 6,9 juta investor.
investasi yang gagal masuk ke Indonesia senilai Rp1.500 triliun pada 2024. Itu disebabkan antara lain oleh permasalahan pelayanan perizinan, kemudahan berusaha, hingga daya saing.
Investor reksa dana mencatatkan pertumbuhan hingga Mei 2025 menjadi 15,6 juta, naik hampir 30% daripada periode sama 2024 sebesar 12,1 juta investor,
KEK Industropolis Batang menutup semester pertama 2025 dengan membukukan nilai investasi sebesar Rp1,1 triliun. Angka itu diperoleh dari masuknya dua tenant strategis.
Survei YouGov di Indonesia tentang resolusi tahun baru 2025 mengungkapkan 74% responden ingin mengelola keuangan dengan lebih baik.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tinggi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved