SUASANA tahun politik menjelang pemilu kerap menghangatkan tensi di dalam negeri. Kendati demikian, hal itu diharapkan tidak serta-merta membuat seluruh elemen negeri ini kehilangan optimisme dalam mengejar target-target pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Kedewasaan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga stabilitas menjadi kunci.
Demikian benang merah dari pandangan dua menteri ekonomi Kabinet Indonesia Maju, yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, yang disampaikan saat mengisi Kuliah Umum Media Indonesia di Kompleks Media Group, Jakarta, kemarin. Kuliah umum tersebut diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan perayaan HUT ke-53 Media Indonesia.
Sri Mulyani dalam paparannya bertajuk Kondisi Ekonomi dan Fiskal Indonesia di Tahun Politik mengatakan suhu yang menghangat men-jelang pemilu perlu dimaknai sebagai proses berdemokrasi. Perbedaan dalam menentukan pilihan mestinya tak dianggap untuk memantik permusuhan.
“Saya yakin di dalam pemilu nanti, bila kita semua punya keinginan menjaga persatuan dan kesatuan untuk merayakan pesta demokrasi, bukan perang demokrasi, maka kita akan bisa maju,” ujarnya.
Justru dari perbedaan tersebut, kata dia, masyarakat Indonesia harus bisa mewadahinya dengan tujuan demi kepentingan bangsa. “Kita tidak akan pernah sama. Bagaimana kita bisa beda, tapi tetap saling menghormati dan tetap punya komitmen bersama membangun Indonesia, itu adalah sesuatu yang harus kita jaga bersama,” terang Menkeu.
Dengan perspektif optimistis tersebut, lanjut Sri Mulyani, pemerintah pun terus mendukung penyelenggaraan pesta demokrasi di Tanah Air. Salah satunya melalui pengalokasian anggaran yang memadai.
“Anggarannya kita sediakan memadai dan tentu tetap dengan prudent. Makanya kita selalu sampaikan, kita dukung proses Pemilu 2024,” tuturnya.
Lalu, sembari memaparkan data-data indikator ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, Menkeu menuturkan bahwa perekonomian Indonesia hari ini boleh dikatakan baik-baik saja. Kendati pandemi covid-19 di awal terjangannya sempat menciptakan luka yang dalam (scaring effect), pemulihan ekonomi Indonesia jauh lebih cepat dari banyak negara lain.
“Jadi saya ingin mengo-reksi kalau dikatakan perekonomian kita tahun ini tidak baik-baik saja. Yang tidak baik-baik saja itu di sana,” ujarnya optimistis sambil menunjuk situasi perekono-mian di Eropa dan Amerika Serikat sebagai contoh.
“Namun, saya juga mengingatkan, ekonomi kita memang baik-baik saja, tapi jangan jemawa. Confidence boleh, tapi tetap waspada,” tegasnya.
Tantangan investasi
Pada kesempatan berikut-nya, Menteri Bahlil dalam presentasi berjudul Menggen-jot Investasi di Tahun Sulit, juga sama optimistisnya.
Menurutnya, meskipun tahun ini perekonomian dunia diprediksi mengalami perlambatan, bahkan resesi, Indonesia sejatinya memiliki kondisi perekomian yang relatif baik ketimbang banyak negara lain.
Bahkan, Bahlil menerangkan, secara investasi, tahun lalu Indonesia berhasil melampaui target. Ia menyestabilitas negara yang akan dijadikan tujuan investasi. “Investor itu wait and see di tahun politik. Bagaimana mereka mau masuk kalau stabilitas politiknya kacau?”
Diketahui, pemerintah menargetkan penanaman modal di Indonesia menyentuh Rp1.400 triliun pada 2023. Target itu naik Rp200 triliun dari tahun sebelumnya.
Ia pun mengingatkan Indo-nesia jangan sampai mengalami hal yang menimpa Inggris. Negara itu kini mengalami kesusahan perekonomian yang bermula dari sisi politik. Gejolak politik membawa ekonomi Inggris merosot ka-rena respons paket kebijakan yang diambil salah. “Karena itu, stabilitas kepemimpinan nasional dalam konteks mem-bawa ekonomi itu harus betul-betul kita pikirkan,” pungkas Bahlil. (X-12)