Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Ada Menteri Percepat Waktu Tempuh

Fathia Nurul Haq/E-3
11/7/2016 08:25
Ada Menteri Percepat Waktu Tempuh
()

BERAPA lama waktu yang dibutuhkan untuk menyeberang dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni?

Salah seorang rekan pewarta yang ikut rombongan memberi tahu bahwa dibutuhkan waktu sekurangnya 2 jam untuk menyeberangi Selat Sunda dengan feri dalam rute penyeberangan normal.

Waktu tempuh tersebut bisa memanjang di saat arus mudik Lebaran ataupun arus mudik di akhir tahun.

Namun, kemarin rupanya merupakan hari yang istimewa bagi penyeberangan feri dari Merak ke Bakauheni lantaran Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang menjadi penumpang feri.

Beberapa saat sebelum kapal bertolak, Menteri Jonan menyambangi ruang kemudi KMP Batumandi bersama dengan rombongan untuk menginspeksi. Sang nakhoda, Kapten Mohamad Soleh Bakrie yang sudah siap di bangku kemudinya, pun diajak Jonan bercakap-cakap.

Anggota rombongan menteri lalu menantang nakhoda melaju lebih cepat. "Berapa cepat maksimalnya kapal ini bisa jalan?" tanya salah seorang anggota rombongan.

"Maksimal 12 knotlah," jawab sang nakhoda.

"Masak 12 knot, 15 knotlah, bisa kan?" sahut anggota rombongan yang lain.

Tantangan itu pun disanggupi nakhoda. Alhasil, kapal yang bertolak pukul 08.25 WIB dari Pelabuhan Merak pun sudah bersandar di Pelabuhan Bakauheni pukul 10.07 WIB, selisih beberapa menit dari estimasi tercepat perjalanan biasanya.

Menurut Jonan, hasil inspeksinya menunjukkan pengamanan yang sudah cukup baik dan antrean di pelabuhan juga masih dalam taraf normal. Ia mengutarakan antrean di bawah 6 jam untuk memasuki kapal terbilang normal.

"Kalau saya lihat antrean mobil hampir tidak ada, antre 100-500 meter biasalah. Kalau motor juga saya kira enggak lebih dari 500 meter antrenya. Itu yang kami lihat."

Menurut Jonan, puncak arus balik dari Sumatra akan terjadi dua kali. Pertama, sejak Sabtu (9/7) hingga kemarin. Kemudian, puncak arus balik berikutnya pada Sabtu (16/7) dan Minggu (17/7) menjelang anak-anak masuk sekolah pada Senin (18/7).

Di dek kapal, tidak jauh dari tempat rombongan duduk menikmati pemandangan di beranda kapal, beberapa keluarga tampak menggelar tikar dan membawa termos air panasnya sendiri.

Sambil lalu, Media Indonesia bertanya kepada penumpang tersebut mengapa naik kapal sampai harus membawa termos sendiri? Mereka menjawab hal itu disebabkan makanan yang dijual di geladak kapal terbilang mahal.

Media Indonesia pun mengecek informasi itu kepada penjual mi seduh. Awalnya, sang penjual memberikan harga Rp15 ribu per cup mi seduh, tanpa bisa ditawar Rp1.000 pun.

Namun, setelah melirik kartu pers yang melingkar di leher, sang penjual pun bertanya, "Rombongan menteri ya? Saya kira penumpang. Kalau rombongan, harga minya Rp10 ribu saja."

Wah... (Fathia Nurul Haq/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya