Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Anggaran Ketahanan Pangan Perlu Fokus Pada Pertanian Berkelanjutan

M. Ilham Ramadhan Avisena
05/12/2022 17:02
Anggaran Ketahanan Pangan Perlu Fokus Pada Pertanian Berkelanjutan
Petani menyemprot tanaman padi di area persawahan Kecamatan Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan, Minggu (2/10).(Antara)

PENELITI Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi menilai anggaran ketahanan pangan Kementerian Pertanian perlu fokus pada kebijakan yang memprioritaskan terwujudnya pertanian berkelanjutan. Beberapa di antaranya yakni intensifikasi lahan, memastikan ketersediaan pupuk dan benih berkualitas, serta peningkatan produktivitas.

"Selain ketiga hal tersebut, regulasi untuk investasi pada sektor pertanian perlu memberikan kemudahan pada calon investor. Masuknya investasi juga perlu diarahkan pada upaya-upaya untuk modernisasi pertanian," tuturnya melalui siaran pers, Senin (5/12).

Azizah menambahkan, idealnya Indonesia sudah mulai mengadopsi cara-cara bercocok tanam yang lebih efisien dan berkelanjutan, seperti dengan mekanisasi pertanian, pertanian yang berbasis data yang kuat, pertanian organik, sistem pengendalian hama terpadu dan pengembangan input pertanian yang lebih berkelanjutan.

Penggunaan praktik budidaya yang berkelanjutan juga dapat meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia. Sebagai contoh, permintaan pasar global untuk kakao atau kopi yang bersertifikasi berkelanjutan semakin meningkat.

Praktik budidaya yang disebut-sebut tidak berkelanjutan menghambat masuknya crude palm oil ke pasar Eropa. Padahal jika penerapan pertanian berkelanjutan sudah diadopsi, peluang untuk ekspansi pasar terbuka lebar untuk para petani.

Tuntutan akan produk pertanian yang dihasilkan lewat cara-cara yang berkelanjutan dan juga lewat tata kelola (governance) yang baik bukan tidak mungkin akan menjadi persyaratan utama di masa mendatang. Hal ini, lanjut Azizah, perlu diperhatikan dan direspons sesegera mungkin.

Ketika tuntutan tersebut ada dan dapat dipenuhi oleh produsen atau negara lain, maka Indonesia berpotensi kehilangan pasar dan sulit bersaing di pasar internasional.

Selain itu, perdagangan pangan internasional juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Kebijakan swasembada yang berfokus pada ekstensifikasi pertanian dan proteksionis yang cenderung tidak terbuka terhadap impor dapat berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca akibat aktivitas pertanian yang tidak efisien.

"Untuk menekan emisi dan memastikan stabilitas ketahanan pangan pemerintah juga perlu mendorong diversifikasi sumber pangan dan sistem pertanian," terang Azizah.

Pertanian, lanjutnya, sebagai sumber pangan utama, memiliki kontribusi besar terhadap pemanasan global. Tapi di saat bersamaan, pertanian juga sangat rentan terdampak bencana iklim, karenanya perlu adanya transformasi sistem pangan Indonesia ke arah yang lebih berkelanjutan untuk memastikan terjaganya ketahanan pangan nasional.

Adapun alokasi belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar Rp3.061,2 triliun. Angka ini terdiri atas belanja pemerintah pusat mencapai Rp2.246,5 triliun dan transfer ke daerah Rp814,7 triliun. Sementara, jumlah anggaran ketahanan pangan adalah Rp104,2 triliun. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya