Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa Indonesia memiliki beragam keunggulan yang sampai saat ini telah berjalan dengan baik. Keunggulan ini dikatakan akan membawa Indonesia menjadi negara maju di 2045 nanti.
"Mimpi kita 2045 menjadi negara high income countries," ungkapnya dalam acara 4th Indonesia Fintech Summit, Kamis (10/11).
Lebih lanjut, Luhut menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan nikel terbesar dunia, negara kedua dengan cadangan timah terbesar dunia, dan negara ketujuh dengan cadangan timah terbesar dunia.
Selain itu, Indonesia juga dikatakan memiliki 437 gigawatt renewable energi yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai target penurunan emisi karbon.
Luhut menegaskan, saat ini pendapatan per kapita Indonesia sekitar US$4.000 dan pada 2030 ditargetkan pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai US$10.000 lebih.
"Lalu kita sekarang GDP (Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto) itu US$1,3 triliun dan saya percaya 2030 GDP kita bisa US$3,5 triliun atau lebih kalau konsisten growth kita 5,3% sampai 5,7%," kata Luhut.
Dia juga menambahkan bahwa Indonesia juga telah melakukan transformasi dari commodity based menjadi value added based. Transformasi ini dikatakan telah mengakibatkan peningkatan kinerja ekspor Indonesia.
"Ekspor tahun lalu saja menjadi ekspor paling tinggi sepanjang sejarah atau mencapai US$232 miliar. Belum pernah seperti ini," tegasnya.
Luhut juga menjelaskan mengenai kebijakan belanja produk dalam negeri melalui e-katalog LKPP. Menurutnya, saat ini pemerintah telah memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri karena bedasarkan studi dari Badan Pusat Statistik (BPS), jika belanja pemerintah sebesar Rp400 triliun dapat dilakukan untuk produk dalam negeri, akan menciptakan 2 juta lapangan kerja baru dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 1,7%.
"Duta besar Amerika Serikat bilang ke saya, kenapa kita take out brand AS dari e-katalog. Saya bilang your president says Amerika first. We have the rights to say Indonesian first, as simple as that. Gitu lah hebatnya kita," ujar Luhut.
Menurut Luhut, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga paling solid dibandingkan peer country. Pada kuartal III 2022 saja, ekonomi Indonesia berhasil tumbuh 5,77%. Capaian ini juga didukung dengan terkendalinya inflasi di Indonesia.
Selain itu, terkait dengan komitmen penurunan emisi karbon, Luhut menilai bahwa banyak negara yang belum mampu melakukan aksi nyata untuk menurunkan emisi karbon. Indonesia tidak ingin menjadi bagian dari negara-negara yang tidak mampu berbuat sesuatu untuk mengatasi permasalahan climate change tersebut.
"Semua bicara soal climate change tapi banyak omong saja. Saya sudah hadir di COP itu 5 kali, di G20 3 kali. Banyak oceh saja implementasinya tidak ada. Saya bilang ke Pak Presiden kita yang konkret saja lah. Makanya datang 600 ribu hektare restorasi mangrove, forest tree mitigation dan masih banyak lagi hal lain. Kita targetkan NDC itu saya minta 35% pakai usaha sendiri dan 45% dengan bantuan pendanaan dari luar. Kita bisa," pungkasnya. (OL-12)