Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Transisi Energi Pertamina Menuju Nol Emisi Kian Masif

Ardi Teristi
21/10/2022 19:55
Transisi Energi Pertamina Menuju Nol Emisi Kian Masif
Truk tangki hendak mengisi BBM di Terminal BBM Boyolali, Jawa Tengah(MI/ARDI TERISTI)

PENGGUNAAN BBM beroktan rendah semakin berkurang di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Fakta itu menunjukkan bahwa salah satu upaya transisi energi menuju nol emisi (Net Zero Emissions) semakin masif dan nyata.

Area Manager Communication, Relations, & CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho membenarkan adanya penurunan konsumsi BBM beroktan rendah di Jateng-DIY. Pada 4 Agustus-3 September 2022 dibanding 4 September-15 Oktober 2022, konsumsi Pertalite turun sekitar 6%, Solar turun 7%, Pertamax turbo naik 101%, dan Pertamina DEX naik 22%.

"Ada peralihan. Konsumen memilih menggunakan BBM yang lebih ramah
lingkungan," ungkapnya di sela-sela media gathering Pertamina MOR IV di Kota Batu, Jawa Timur (19/10).

Brasto juga menyebut, dari pengamatannya, peggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan ke depan akan semakin banyak.

Di sisi lain, saat ini, lanjut dia, kendaraan listrik, baik sepeda motor maupun mobil, juga semakin banyak. Alhasil, konsumsi BBM fosil juga akan berkurang.

"Ke depan, kendaraan listrik tentu akan semakin banyak. Namun, saat ini, mayoritas masih menggunakan BBM gasoline maupun gasoil," tambahnya.

Menurut Brasto, penurunan konsumsi BBM dari fosil lebih jelas tampak pada mobil. Pasalnya, mereka bisa membeli puluhan liter sekaligus di SPBU.

Paling tidak, lanjut dia, ada dua hal yang membuat pemakaian BBM kian
berkurang. Konsumsi BBM pada kendaraaan-kendaraan masa kini semakin irit, juga pengguna memilih BBM dengan nilai oktan yang lebih tinggi. Misalnya, teknologi kendaraan hybrid yang bisa menggunakan BBM lebih efisien.

"Konsumsi BBM yang lebih efisien dan kualitas BBM yang lebih tinggi serta lebih ramah lingkungan tentu akan lebih baik," tandasnya.


Bumi sehat

 

Pada kesempatan yang sama, Pjs Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Heppy Wulansari menyebut, Pertamina tidak akan mungkin hanya fokus pada bisnis bahan bakar fosil yang terus menurun ketersediaannya. Pertamina sampai saat ini masih menjalankan bisnis menjual BBM dan itu masih akan berjalan beberapa tahun ke depan.

Pertamina tidak hanya berpikir cara-cara agar bisnis tetap bisa jalan,
tetapi juga bagaimana Pertamina akan bertransformasi untuk melakukan bisnis  yang lebih potensisl dan sesuai dengan kebutuhan dunia ke depan. "Pertamina berkomitmen agar bumi ini tetap sehat, agar bumi ini tetap layak dihuni oleh makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan, maupun hewan." tambahnya.

Pada saat bersamaan, Pertamina juga tengah melakukan utilisasi gas dan
mengembangkan energi baru terbarukan (new renewable energy). Saat ini pun, Pertamina juga ikut membangun ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle).

"Pertamina sudah membangun SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik
Umum)," papar Heppy.

Saat ini, SPKLU milik Pertamina masih berada di 7 titik  di Jabodetabek dan akan diperbanyak lagi.

Menurut dia, ke depan, Pertamina memiliki rencana bisnis untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat pemilik kendaraan listrik. Bisnis yang dijalankan
bukan menyediakan tempat pengisian baterai listrik secara mandiri, tetapi tempat pergantian baterai listrik dari yang telah habis dengan yang sudah terisi penuh.

"Kami sudah memulainya dengan merangkul Grab dan Gojek," lanjut Heppy.


Kian Masif

Heppy menambahkan, Pertamina juga telah mempersiapkan diri menuju Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Untuk mewujudkannya, perusahaan kian masif  melakukan langkah-langkah strategis.

"Ada dua hal yang dilakukan Pertamina, yaitu dekarbonisasi dari aktivitas bisnis Pertamina dan mengembangkan transisi energi bisnis baru," ujar dia.

SPBU Pertamina, lanjutnya, sudah banyak yang bertransformasi menjadi green energy station yang dipasangi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Pertamina pun telah memulai bisnis karbon, yaitu mengembalikan karbon
kembali ke dalam bumi. Ia mencontohkan, eksplorasi minyak banyak
menghasilkan CO2. Karbon tersebut kemudian diambil dan disuntikkan kembali ke perut bumi untuk menjadi energi.

"Langkah ini sudah dijalankan di Sukowati, Cepu, dan Bojonegoro," kata dia.

Sementara itu, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina, Atep Salyadi Dariah Saputra mengatakan, sebagai perusahaan energi, Pertamina memiliki tanggung jawab besar untuk
menjadi pilar pencapaian NZE di Tanah Air dengan prinsip keterjangkauan dan kewajaran. Pertamina menargetkan pengurangan CO2 hingga 81,4 juta ton pada 2060.

Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menargetkan pada  2030 penurunan emisi sebesar 29% dengan kemitraan global.

"Dekarbonisasi bisnis dilakukan melalui efisiensi energi, peningkatan
kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan, pengurangan loss,
elektrifikasi armada dan peralatan statik, penangkapan dan penyimpanan
karbon dalam penggunaan sendiri, menggunakan armada dengan bahan bakar rendah atau nol karbon," lanjut Salyadi.

Pertamina juga berkomitmen untuk mengembangkan infrastruktur energi baru dan terbarukan (EBT). Dari langkah ini, ia berharap, Pertamina dapat menghasilkan pendapatan sebesar USD 30-40 miliar pada 2060.

Pertamina melibatkan mitra nasional dan global dalam program dekarbonisasi dan mempercepat pertumbuhan EBT, sebagai upaya untuk mencapai NZE. "Upaya menjalankan transisi energi oleh Pertamina ini sekaligus untuk memastikan ketahanan energi Indonesia," tandas Salyadi. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya