Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Pembayaran Digital Lebih Disukai Konsumen karena Mudah

Mediaindonesia.com
29/6/2022 16:56
Pembayaran Digital Lebih Disukai Konsumen karena Mudah
Pengunjung bertransaksi nontunai menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) saat berlangsung Sampan Digifest 2022 di Tegal, Jawa Tengah.(Antara/Oky Lukmansyah.)

SISTEM pembayaran dan pola transaksi ekonomi terus mengalami perubahan. Perkembangan teknologi dalam sistem pembayaran menggeser peran uang tunai sebagai alat pembayaran menjadi nontunai yang lebih efisien. Sistem pembayaran yang efektif dan efisien berpengaruh terhadap kelancaran aktivitas perekonomian. Lancarnya sistem pembayaran juga mendukung perdagangan dan transaksi baik di tingkat domestik maupun internasional terutama bagi negara berkembang. Sistem pembayaran dikatakan efisien apabila dapat meminimalisasi biaya untuk mendapat manfaat dari transaksi.

Menurut Head of Business Development Xendit, Nor Meydia, untuk perusahaan B2C, pembayaran nontunai akan membawa bisnis memasuki pasar yang berisi pelanggan dengan digital literasi sangat baik. Mereka ialah kelompok usia 25-34 tahun yang menyumbang lebih dari 50% belanja online. Daya beli kelompok ini akan meningkat dalam dekade berikut. Pembayaran digital akan memberikan pengalaman pembayaran yang disukai konsumen karena sederhana dan mudah. Riset menunjukkan 70% chart ditinggalkan calon pembeli karena tidak dapat menemukan metode pembayaran yang paling disukai saat checkout. 

"Untuk perusahaan dengan model bisnis B2B, digitalisasi sistem pembayaran akan meningkatkan value chain, karena dengan sistem pembayaran digital memungkinkan efisiensi yang dapat menurunkan biaya. Ini pun memberikan kemudahan dalam penyelesaian dan rekonsiliasi transaksi. Transaksi dengan mudah dicatat dengan pemasok dan mitra bisnis serta menghemat banyak waktu bagi tim keuangan," tutur Nor dalam konferensi virtual yang bertajuk Business Operations Enablement Through The use of Integrated Payment Solutions pada Selasa (28/6) yang digelar Xendit dan Swa Media Group. 

Khusus untuk B2B, Xendit sebagai perusahaan fintech membantu dalam hal memberikan dashboard atau account multi ledger untuk masing-masing account ownership. Pihaknya juga memberikan fitur auto routing transaction untuk mempermudah. Ada pula fitur intertransfer sehingga dapat membantu pembagian atau penarikan margin pembayaran. Transaksi pun tercatat secara otomatis dalam dashboard atau account multi ledger merchant untuk mempermudah proses rekonsiliasi dan reporting. Solusi ini juga bisa digunakan oleh bidang bisnis lain semisal agregator logistik, reseller enabler, dan sentra distribusi. 

Dalam sesi paparannya, Kepala Grup Operasional Departmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Andiwiana Saptonarwanto menjelaskan pihaknya menyiapkan sejumlah regulasi pendukung sistem transaksi keuangan elektronik.  Melalui sinergi dan kolaborasi dengan sejumlah pemangku kepentingan terkait, penyediaan infrastruktur, dan perubahan perilaku menuju ekosistem digital, BI saat ini sudah siap untuk memfasilitasi transaksi keuangan elektronik untuk semua model bisnis. Strategi elektronifikasi transaksi keuangan BI mencakup empat bidang penting yakni elektronifikasi bantuan sosial, elektronifikasi transaksi pemerintah, elektronifikasi transportasi dan tol, serta elektronifikasi ritel lain. 

Pada kesempatan yang sama, Professor of Finance Management IPMI Business School Roy Sembel juga menyampaikan salah satu isu global yang menjadi perhatian dunia selain isu-isu lingkungan hidup, yakni isu digital inequality. Dengan digital payment system akan mengurangi digital inequality. Terjadinya perang Rusia-Ukraina berdampak ke GDP dan inflasi negara-negara di dunia sangat terasa. Untuk itu efisiensi makin dibutuhkan salah satunya dengan digitalisasi termasuk sistem pembayaran. "Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi dari seluruh stakeholders untuk menangkap peluang ekonomi digital yg didalamnya digerakkan oleh digital payment," urainya. 

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey memaparkan beberapa hal menarik dalam presentasinya. Menurutnya, ada beberapa peluang yang bisa menjadi pendorong pertumbuhan pendapatan jika pelaku retail menggunakan pembayaran digital. Ini membuka penjualan lintas batas yang tinggi. Hal itu juga membuka konversi yang tinggi. Ada kemudahan konsumen membeli secara kontekstual. Sistem pembayaran tertaut (linking payments) mendorong kekuatan belanja konsumen. Itu pun meningkatkan belanja dan loyalitas pelanggan. 

Baca juga: Per 1 Juli 2022 Pertamina Buka Pendaftaran di Situs MyPertamina, Ini Caranya

Di lain pihak, sebagai pelaku bisnis procurement digital, Andhie Saad menjelaskan bahwa MBiz mengambil bagian untuk mendorong ekonomi digital Indonesia salah satunya dengan layanan MBizmarket. Ini layanan procurement untuk pemerintah daerah dalam pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemda, karena ada kebijakan pemerintah untuk mengganti cara procurement manual menjadi digital akan transparansi transaksi bisa diawasi dan di evualuasi. 

Group Chief Editor Swa Media Kemal E Gani menyoroti layanan digital banking dan digital payment telah berkembang secara baik dalam pembayaran di bidang ritel. Namun perkembangannya ini memerlukan kunci utama yakni keseimbangan antara inovasi dan mitigasi risiko. Bersamaan dengan itu, diharapkan berkembang menjadi pelayanan pembayaran digital antarnegara. Mengutip dari hasil riset IDC, Kemal mengungkap bahwa di 2025 akan ada 125 juta pengguna baru  e-wallet. Ini akan membuat Indonesia menjadi negara pengguna e-wallet terbanyak di Asia Tenggara. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik