Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
UNTUK meningkatkan daya saing produk manufaktur Indonesia di pasar internasional, GarudaFood Group berpartisipasi mengikuti pameran produk makanan dan minuman yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) di Jakarta pada Selasa (31/5).
Dalam pameran itu, GarudaFood memperkenalkan produk minuman ‘ready to serve’ berbahan dasar cokelat yakni ‘Chocolatos Choco Drink’. GarudaFood Group optimistis produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen penikmat cokelat di Indonesia dengan segmentasi target dewasa usia 17-35 tahun.
Selain Chocolatos Choco Drink, produk lainnya seperti snack, biskuit, susu, dan minuman antara lain Kacang Garuda, Gery, Chocolatos, SuperO2, Clevo MYTEA, Okky Jelly Drink, Okky Koko Drink, dan Mountea juga turut meramaikan pameran.
Dian Astriana, Head of Corporate Communications GarudaFood Group, mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan preferensi rasa cokelat yang dominan, sebanyak 85% produk biskuit GarudaFood Group berbahan dasar cokelat. Hal ini dapat terlihat dari produk unggulan perusahaan yakni Chocolatos Wafer Stick yang telah terlebih dahulu hadir dan sukses sebagai pemimpin pasar.
Chocolatos Choco Drink merupakan inovasi dan pengembangan dari produk tersebut dengan mengutamakan bahan dasar cokelat berkualitas tinggi. Perusahaan melihat peluang yang cukup besar untuk potensi konsumsi cokelat di Indonesia. Konsumsi cokelat per kapita Indonesia 300 gram masih sangat rendah jika dibandingkan dengan Swiss 15 kg/kapita, negara Asia lainnya seperti Malaysia dan Singapura sebesar 1 kg/kapita.
Produksi kakao di Indonesia saat ini 450 ribu ton dari kapasitas 600 ribu ton di luar bahan baku cokelat impor. "Kami optimistis Chocolatos Choco Drink dapat diterima pasar dengan baik," kata Dian.
Dalam sambutan Menteri Perindustrian yang disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Bidang Penguatan Struktur Industri Kemenperin Ngakan Timur Antara, pertumbuhan industri nonmigas pada triwulan I 2016 sebesar 4,46%, lebih rendah jika dibandingkan dengan pada periode yang sama 2015 sebesar 5,26%.
Meskipun demikian, industri makanan dan minuman terus mengalami pertumbuhan pada triwulan I 2016 sebesar 7,55% lebih besar bila dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 7,54%. Pertumbuhan industri makanan dan minuman juga dapat dilihat dari investasi di bidang industri makanan dan minuman, perkembangan realisasi investasi pada triwulan I 2016 sebesar Rp8,9 triliun untuk PMDN dan PMA sebesar US$468,86 juta.
Dilansir dari pidato Menperin yang disampaikan pada Peringatan Hari Kakao Indonesia ke-3 pada September 2015 lalu, bahwa sampai saat ini Indonesia masih merupakan produsen biji kakao terbesar ke 3 dunia setelah Pantai Gading dan Ghana, dengan produksi biji kakao pada 2014 mencapai sebesar 370 ribu ton (data ICCO). (RO/OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved