Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
DIGITALISASI memang menjadi keniscayaan saat ini. Banyak bidang yang sudah mengadopsi hal tersebut. Itu sebabnya mengadopsi teknologi digital pada sektor pertanian Indonesia perlu dipercepat untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja sektor pertanian. Penggunaan teknologi digital yang tepat guna dapat membantu petani dalam meningkatkan daya saingnya khususnya dalam rantai pasok global.
“Rendahnya produktivitas masih menjadi masalah dalam sektor pertanian Indonesia. Adopsi teknologi diharapkan dapat membuat pemanfaatan input pertanian menjadi lebih maksimal,” terang Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi, Selasa (15/3).
Baca juga: Babel Ekspor Komoditas Pertanian Senilai Rp 123,5 Miliar
Penelitian CIPS menunjukkan, produktivitas padi, kedelai dan bawang merah cenderung landai dalam beberapa tahun terakhir dengan masing-masing di angka 5 ton per hektar gabah kering giling, 1,5 ton per hektar biji kering dan 10 ton per hektar. Hanya produktivitas jagung menunjukkan tren yang meningkat dengan capaian 5,5 ton pipilan kering per hektar pada 2019 silam.
Adopsi teknologi digital di hulu dapat membantu peningkatan produktivitas pertanian. Penerapan Internet of Things (IoT) dalam pertanian, contohnya, mampu membantu petani mendeteksi kondisi tanah, cuaca, memantau hama dan lain sebagainya.
Sementara di hilir, kehadiran teknologi digital pertanian dapat membuka akses yang lebih besar untuk pada petani kepada pasar. Teknologi dapat menghubungkan petani langsung dengan konsumen, sehingga hal ini dapat mempersingkat rantai pasok. Kehadiran beberapa marketplace produk pertanian membantu menjalankan fungsi tersebut.
Azizah menambahkan, para petani juga dapat mengurangi ketergantungannya dengan tengkulak. Selama ini, petani lebih banyak menjual hasil pertanian dalam jumlah besar ke tengkulak. Hal ini menyebabkan petani tidak memiliki daya tawar yang kuat untuk menentukan harga produsen.
“Di samping itu, petani juga memiliki akses terhadap informasi harga komoditas di pasaran yang akurat dan transparan. Pemahaman yang kuat terhadap dinamika harga komoditas pertanian dapat membantu petani untuk menentukan harga produsen secara lebih terukur,” jelas Azizah.
Sayangnya, belum semua petani memiliki akses terhadap teknologi digital pertanian. Hal ini karena masih banyak tantangan mendasar yang menghalangi mereka untuk menggunakan teknologi digital, misalnya belum memadainya infrastruktur pertanian yang mendukung serta minimnya pemahaman dan literasi digital.
Selain itu, teknologi yang dimaksud juga biasanya relatif sulit dijangkau oleh petani. Harga yang relatif tinggi dan belum tentu sesuai dengan skala usaha petani akhirnya membuat mereka enggan mengadopsi teknologi tersebut.
Menurut data BPS, generasi yang berusia di bawah 40 tahun di sektor pertanian hanya sebesar 8% dari total jumlah petani di Indonesia, mayoritas pekerja sektor pertanian Indonesia sudah berusia di atas 45 tahun.
Adopsi teknologi digital di pertanian juga dapat dilakukan dengan meningkatkan investasi di sektor pertanian. Investasi dalam negeri maupun asing dapat memungkinkan adanya transfer teknologi serta pelatihan sumber daya manusia. Regulasi yang terbuka pada investasi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan modernisasi dan adopsi teknologi digital yang bermanfaat bagi petani. (Try/A-1)
Penetrasi asuransi masih rendah di kisaran 1,4%-2,7%. Kesenjangan perlindungan tetap menjadi tantangan besar, terutama di daerah perdesaan dan terpencil.
Transcosmos Indonesia (TCID), penyedia layanan omni channel contact center dan digital marketing, merayakan 12 tahun kiprahnya di Indonesia.
ADA sejumlah tantangan digitalisasi yang dihadapi oleh dewan kemakmuran masjid (DKM), seperti belum optimalnya pemanfaatan website dan terbatasnya literasi digital pengurus DKM.
DI tengah dunia yang semakin sibuk dan bising, kemampuan untuk mendengarkan menjadi keterampilan yang makin langka dan sering kali diabaikan.
Langkah ini merupakan strategi Aleph untuk memperkokoh posisi sebagai pemimpin transformasi digital yang menghubungkan pasar global dengan kawasan Asia Pasifik.
Salah satu langkah strategis yang kini mulai diadopsi adalah penggunaan barcode atau QR code sebagai identitas digital untuk menjamin keaslian barang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved