Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pemerintah Perlu Fokus Pada Peningkatan Produktivitas Kedelai

Fetry Wuryasti
17/2/2022 11:23
Pemerintah Perlu Fokus Pada Peningkatan Produktivitas Kedelai
Petugas Balitkabi menunjukkan benih kedelai hitam di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (14/10/2021).(Antara)

PEMERINTAH perlu fokus pada program intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas kedelai. Program intensifikasi, yang tidak membutuhkan lahan tanam tambahan, dapat dilakukan dengan memudahkan akses petani kepada input pertanian, adopsi teknologi pertanian dan memperbaiki cara tanam yang disesuaikan dengan karakteristik lahan.

"Keterbatasan lahan dapat diatasi dengan program intensifikasi yang fokus pada peningkatan produktivitas, dengan memaksimalkan luas lahan yang tersedia dengan input pertanian dan metode tanam yang efektif," terang Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nisrina Nafisah, Kamis (17/2).

Data USDA mencatat bahwa produksi kedelai di Indonesia dalam rentang waktu 2016-2020 menurun dari 565 ribu ton pada 2016, 540 ribu ton pada 2017, 520 ribu ton pada 2018, 480 ribu ton pada 2019, dan 475 ribu ton pada 2020 (USDA, 2021). Jumlah ini hanya berkontribusi pada sekitar 20% kebutuhan nasional. Oleh karena itu, Indonesia masih membutuhkan impor kedelai untuk mengatasi kesenjangan kebutuhan tersebut.

"Oleh karena itu, memanfaatkan perdagangan internasional untuk memenuhi kesenjangan antara produksi dan konsumsi perlu dilakukan. Tidak hanya untuk konsumen perorangan, banyak industri makanan, seperti penghasil tahu tempe, yang tergantung pada kestabilan ketersediaan kedelai di pasar," jelas Nisrina.

Penelitian CIPS menunjukkan, karakteristik lahan yang cocok untuk ditanami kedelai adalah lahan yang memiliki tanah dengan kadar pH yang netral dan kedalaman 20 sentimeter. Jenis lahan seperti ini tidak tersedia di banyak wilayah Indonesia.

Kedelai adalah tanaman subtropis yang membutuhkan suhu musiman yang beragam, kelembaban tanah yang cukup dan suhu yang cukup tinggi untuk dapat tumbuh secara optimal. Oleh karena itu, iklim Indonesia yang hanya terdiri dari dua musim dan cenderung memiliki curah hujan yang tinggi membuat pertumbuhan kedelai tidak maksimal.

Hal ini juga akan menyebabkan produksi kedelai Indonesia yang akan juga diprediksikan terus menurun sampai 2024 dari 632 ribu ton tahun 2020 menjadi 558 ribu ton tahun 2024 (Kementerian Pertanian RI, 2020). Sementara kebutuhan dalam negeri yang rata-rata mencapai 3,2 juta ton per tahun diperkirakan terus meningkat ke depannya.

Penelitian CIPS merekomendasikan beberapa hal yang dapat menjadi solusi dalam meningkatkan produktivitas kedelai. Yang pertama perbaikan produktivitasnya penting dilakukan, terutama karena produktivitasnya hanya mencapai 13,18 kuintal per hektar, dibandingkan dengan 17,4 kuintal per hektar bila ditanam di lahan sawah.

Selain itu, CIPS merekomendasikan penggunaan bibit unggul, peningkatan akses petani terhadap pupuk, penanganan serangan hama/OPT dan penggunaan alat mesin pertanian atau mekanisasi. Perbaikan teknik budidaya, perbaikan dan perluasan jaringan irigasi, penggunaan modifikasi cuaca untuk mitigasi perubahan iklim dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia sektor pertanian juga direkomendasikan.

"Pemerintah juga perlu fokus mengatasi ketimpangan produktivitas tanaman pangan, termasuk kedelai, antara wilayah Jawa dan luar Jawa, melalui peningkatan teknik budidaya, seperti penggunaan pupuk dan benih unggul, mekanisasi pertanian, dan juga peningkatan akses dan perbaikan jaringan irigasi di luar Jawa," tambah Nisrina.

Harga kedelai, bahan baku utama tahu dan tempe, naik menjadi Rp11.240 per kilogram di bulan Februari atau sekitar 24% lebih tinggi dari harga kedelai di bulan yang sama di 2021 yang sebesar Rp8.000 - Rp9.000. Kenaikan ini berdampak pada ongkos produksi tahu dan tempe dan melampaui daya beli para pengrajin. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya