Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Memacu Industri Komponen Domestik

Irene Harty
23/5/2016 05:00
Memacu Industri Komponen Domestik
(ANTARA/AUDY ALWI)

INDUSTRI otomotif nasional perlu memikirkan industri komponen, terutama industri kecil menengah (IKM) yang dibagi dalam berbagai klasifikasi baku lapangan industri.

Industri otomotif juga mesti menentukan investasi mana yang dibuka untuk asing dan mana yang tidak.

Menurut Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah, IKM otomotif nasional kurang berperan karena kurangnya kepercayaan masyarakat pengguna komponen otomotif.

Target peningkatan penjualan 7% tahun ini dari pencapaian 1 juta unit di 2015 dinilai cukup berat.

"IKM otomotif harus memiliki inovasi dalam melihat peluang, seperti pemanfaatan sumber daya alam untuk komponen mobil, seperti jok. IKM mesti jadi penguat struktur industri," jelas Euis dalam Forum Group Discussion di Ruang Garuda Kemenperin, Jakarta, Jumat (20/5).

Menurutnya, Institut Otomotif Indonesia (IOI) bisa menjadi dasar pengembangan sumber daya alam, industri, dan teknologi untuk industri otomotif nasional.

Ketua Pengembangan Industri Otomotif Gaikindo, I Made Dana Tangkas, mengakui Indonesia termasuk ketinggalan mendirikan institut seperti itu. Pemerintah Thailand dan Malaysia sudah lebih dahulu mendirikan institut serupa pada 1998 dan 2010.

"Ini momentum emas. Kita ubah paradigma, harus berperan dalam dinamika industri global. Indonesia belum punya branding, padahal peluang ada dengan melakukan grouping-grouping seperti di luar negeri," kata Made.

Indonesia yang masih terhambat pengembangan teknologi belum bisa menyamai posisi Singapura, Vietnam, dan India.

Kelemahan otomotif Indonesia ialah pada teknologi, mesin, dan pengembangan kapasitas (capacity building) sehingga hanya masuk sebagai negara resembling dan adopting, berbeda dengan Thailand dan Malaysia yang sudah menjadi basis produksi.

Namun, kata dia, Industri otomotif yang masih memiliki potensi besar mesti fokus mengembangkan 120 IKM otomotif saat ini menjadi 1.000.

"Lalu kita perlu memastikan key driver road map otomotif Indonesia mau fokus ke mana, mobil listrik atau yang lain," ungkap Made.


Kondisi kritis

Perkumpulan IKM Komponen Otomotif Indonesia (Pikko) menyatakan IKM Komponen Otomotif sedang dalam kondisi krisis.

Pikko mencatat lebih dari 10 IKM sudah benar-benar menutup usaha karena penurunan kinerja di industri otomotif.

"Selepas krisis 2012, sudah mulai banyak IKM asing dan IKM kita sendiri belum tentu diterima, seperti dari Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang," tutur Sekretaris Jenderal Pikko, Ronny Hermawan.

Dia mengungkapkan, sebanyak 90% IKM lokal hanya masuk ke second layer.

Untuk masuk ke first layer, disebutkan Ronny, perlu ada tinjauan berat dan standar kualitas tinggi.

"Kemarin saya coba untuk masuk ke Jepang, bersaing dengan IKM asal Jepang. Harga saya lebih murah 40%. Kualitas sama dari bahan baku yang sama, tapi yang diterima yang Jepang karena sebangsa," ungkapnya.

Ketua Umum Pikko Rosalina Faried mengungkapkan, IKM memang harus bergerak ke kawasan industri pada 2017.

Hal itu sesuai dengan arahan pemerintah yang menginginkan semua industri masuk ke kawasan industri.

"Karena dari 120 anggota, hampir 95% ada di macam-macam kawasan, 90% di Jawa Barat," sahutnya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya