Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Indonesia Berada di Jalur Tepat Mengembangkan Rantai Nilai Halal

Fetry Wuryasti
22/10/2021 17:15
Indonesia Berada di Jalur Tepat  Mengembangkan Rantai Nilai Halal
Ketua Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC) Sapta Nirwandar(MI/Fetry)

WAKIL Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin menilai Indonesia harus fokus kepada sektor-sektor yang berpeluang tumbuh positif. Hal ini untuk menghidupkan dan menggairahkan kembali perekonomian nasional dan pemberdayaan ekonomi masyarakat 

Di antaranya, sektor makanan, dan pertanian merupakan dua yang pertumbuhannya berada di atas pertumbuhan PDB nasional. Dua sektor ini juga berada di urutan teratas dalam halal value chain (HVC). Artinya Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mengembangkan Indonesia sebagai pusat rantai nilai halal global. 

Dia menyambut baik upaya Kementerian Perdagangan dan semua pihak yang terus berkomitmen membawa Indonesia menjadi pusat halal dunia. Halal Trade Forum yang mengusung tema Strengthening Halal Value Chain in the Global Market, harus mampu menempatkan Indonesia sebagai pusat rantai nilai halal global. 

"Untuk itu kita harus memastikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas dan instrumen yang diperlukan untuk mempelopori suatu halal system yang terpercaya," kata Ma'ruf dalam webinar Halal Trade Forum, Jumat (22/10). 

Dia mengajak semua pihak untuk mengarahkan perhatian kepada upaya pengembangan halal value chain dengan pertama mengakselerasi sertifikasi halal. Kedua, menguasai ekosistem, mendukung ekspor produk halal dimulai dari bahan baku, produksi, standar dan prosedur ekspor, hingga pemasaran. 

Ketiga, menangkap peluang ekspor produk halal di era pemulihan ekonomi, dan keempat kolaborasi dan integrasi usaha besar dengan koperasi dan UMKM. 

Dari berbagai kunjungan ke daerah, Wapres mengatakan untuk memutuskan permasalahan kemiskinan ekstrem tidak cukup hanya sekadar memberi bantuan melainkannjuga harus disertai dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Di sini UMKM memegang peranan penting. Pemerintah dan swasta juga harus hadir dengan kebijakan yang holistik, dan komprehensif. 

"Semua kebijakan pembangunan harus utuh dan bukan bagian-bagian terpisah secara sektoral, serta harus memberikan peran kepada pemangku kepentingan dan sesuai dengan karakter keunggulan masing-masing daerah," kata Ma'ruf.

Keempat langkah tersebut merupakan bentuk realisasi halal value chain yang komprehensif. Indonesia tidak bisa menjadi pusat halal dunia bila hanya fokus kepada satu sektor seperti pengembangan keuangan dan perbankan syariah. Rantai nilai halal harus saling diintegrasikan, dan dikembangkan secara simultan mulai dari infrastruktur, regulasi, pengembangan industri keuangan dan sosial syariah, serta pelaku usaha dan bisnis syariah. 

Ketua Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC) Sapta Nirwandar mengatakan Indonesia harus memperkuat sektor industri halal pada produk yang telah jelas peminatnya. Yaitu makanan dan fesyen halal. 

Dalam penerapan gaya hidup halal, pakaian dan makanan menjadi prioritas produk dari negara-negara yang juga menyasar konsumen dengan mengedepankan kualitas kehalalan produk. 

"Halal telah menjadi brand bagi semua konsumen. Pasar kaum muda dunia yang memilih produk halal untuk gaya hidupnya diestimasikan mencapai US$100 miliar untuk kemampuan belanjanya, berdasarkan riset State of Global Islamic Economy Report 2020-2021," kata Sapta. 

Kaum muda umumnya menggunakan media e-commerce, jejaring sosial dan media sosial untuk memenuhi konsumsi produk halalnya. Perputaran uang dan bisnis global untuk makanan halal mencapai US$1,17 triliun, penggunaan jasa keuangan mencapai US$2,88 triliun, kosmetik halal US$566 miliar, farmasi US$564 miliar, layanan kesehatan US$435,6 miliar, busana mencapai US$277 miliar, media dan rekreasi US$222 miliar, dan pariwisata US$194 miliar. 

"Indonesia masih kalah oleh Brasil untuk ekspor produk halal, terutama produk poultry atau ekspor daging ayam halal. Artinya kita masih tinggi hanya sebagai konsumen. Untuk destinasi wisata halal, bahkan Indonesia belum masuk top 5, masih kalah dengan Turki. Untuk modest fesyen dan kosmetik halal, Indonesia juga masih menjadi konsumer besar, juga belum menjadi eksportir," kata Sapta. 

Dia menilai sebenarnya Indonesia sudah mampu ekspor produk halal, seperti makanan, jasa keuangan, media dan rekreasi, fesyen, wisata halal, kosmetik, dan farmasi.

"Kami pernah menghitung di 2019, kalau menerapkan model ekspor tersebut potensinya mencapai US$3,8 miliar tambahan uang, dengan juga melakukan substitusi impor. Indonesia bisa mendorong sektor yang banyak konsumennya, yaitu food dan modest fesyen," kata Sapta. (Try/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya