Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
LEMBAGA Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menilai perlunya Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada bulan ini. Itu ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di sisa waktu 2020 namun tetap memerhatikan tekanan eksternal dan menjaga stabilitas sektor keuangan.
“Mengingat kondisi domestik dan eksternal saat ini, kami memandang bahwa BI perlu memangkas suku bunga kebijakan sebesar 25 bps menjadi 3,75% di bulan ini,” ujar ekonom makroekonomi dan keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky melalui keterangan resmi, Rabu (18/11).
Pada sisi domestik, kata dia, Indonesia telah resmi masuk ke dalam resesi setelah pertumbuhan ekonomi triwulan III tumbuh -3,49%, kali kedua setelah tumbuh -5,32% di triwulan II 2020. Meski membaik, langkah-langkah untuk menahan dan mendorong perekonomian tetap perlu dilakukan agar agenda pemulihan ekonomi di 2021 tidak begitu berat.
Kemudian di sisi eksternal, surplus perdagangan pada Oktober 2020 telah berkontribusi pada perbaikan current account deficit (CAD). Belum lagi aliran modal masuk melalui portofolio kian menguatkan nilai tukar rupiah. Karenanya, kata Teuku, pemangkasan suku bunga kebijakan BI tidak akan terlalu berisiko untuk terus menguatkan mata uang Indonesia yang sempat terdepresiasi selama satu pekan terakhir.
LPEM, imbuhnya, juga memprediksi inflasi akan tetap terkendali dan bertahap kembali menuju kisaran ambang bawah target bank sentral yakni 2,0% hingga 4,0%. Itu karena didukung oleh pencairan stimulus yang lebih cepat untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi.
“Namun demikian, risiko penurunan (tingkat inflasi) akan tetap ada selama kepercayaan konsumen belum kembali ke tingkat sebelum pandemi,” jelas Teuku.
Dia menjelaskan, tren inflasi yang rendah akan menempatkan tingkat inflasi keseluruhan di bawah ambang batas bank sentral. Itu menandakan lemahnya permintaan agregat yang berkepanjangan. Hal tersebut turut diperkuat dengan rendahnya permintaan kredit dalam beberapa bulan terakhir.
Dampak dari fenomena itu, kata Teuku, akan memperlambat pemulihan ekonomi yang tengah diupayakan pemerintah. “Karena itu, penurunan suku bunga kebijakan akan mendorong bank untuk mengurangi beban bunga sehingga menurunkan suku bunga kredit dan meningkatkan likuiditas pasar keuangan,” imbuhnya.
“Kami melihat BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunuga kebijakan untuk mendukung agenda pemulihan ekonomi di sisa tahun 2020 dengan tetap memerhatikan tekanan eksternal dan menjaga stabilitas sektor keuangan,” pungkas Teuku. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved