Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
FOKUS di segmen mikro dan ritel menengah, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) bukukan pertumbuhan kredit 4% di kuartal III 2020. Di kuartal itu, sekalipun masih di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi covid-19, BRI menyalurkan kredit sebesar Rp935,35 triliun atau tumbuh 4,86% dibandingkan daripada periode sama di tahun lalu sebesar Rp891,97 triliun.
“Pertumbuhan kredit ini lebih tinggi daripada kredit industri yang sebesar 0,12% menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2020,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan Kinerja BRI Kuartal III 2020, kemarin.
Ia memaparkan, penyokong utama pertumbuhan kredit itu ialah segmen mikro dan ritel menengah, yang masing-masing tumbuh 8,1% dan 9,93% (yoy).
Komposisi kredit UMKM dibanding total kredit juga tumbuh, porsinya dari 78,1% pada kuartal III 2019 menjadi 80,65% pada kuartal III 2020.
Hingga kuartal III 2020, realisasi restrukturisasi pinjaman sebesar Rp193,7 triliun kepada 2,95 juta nasabah. Gencarnya restrukturisasi itu juga mampu menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) di 3,12%, di bawah NPL industri yang sebesar 3,15%.
Sementara itu, untuk dana pihak ketiga (DPK), sambung Sunarso, per September 2020 tercatat Rp1.131,93 triliun atau naik 18% (yoy).
Dana murah (CASA) juga masih mendominasi portofolio simpanan BRI yaitu sebesar 59,02% atau Rp667,10 triliun dari total DPK. Adapun non CASA 463,83 triliun.
“Kami laporkan juga, hingga akhir September, perseroan mencatatkan laba konsolidasi Rp14,15 triliun, atau turun 42,9% dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp24,8 triliun. Aset tercatat Rp1.447,85 triliun (+10,89% yoy),” imbuh Sunarso.
Sementara loan to deposit ratio (LDR) dijaga di 82,63% turun dari tahun lalu yang sebesar 92,99% dan rasio kecukupan modal (CAR) di level 20,92%.
“BRI punya likuiditas yang sangat memadai untuk tumbuh. Target laba akhir tahun masih pada kisaran 4%-5%. LDR kami targetkan 85%. Maka dengan melimpahnya likuiditas ini, tantangannya ada pada menggenjot pertumbuhan kredit,” kata Sunarso. (Try/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved