Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SAMUEL Sekuritas Indonesia mencatat marketing sales emiten properti membaik memasuki kuartal III-2020, didukung oleh peluncuran produk perumahan menengah, dengan harga di bawah Rp 2 miliar/unit. Sementara segmen properti high-rise baru saja mendapat insentif dari pengesahan UU Cipta Kerja.
"Kami memperkirakan permintaan terhadap landed property masih lebih resilien, walaupun dengan sikap penyaluran kredit perbankan yang lebih selektif," kata Analis Healthcare, Industrial Estate, Property,Oil & Gas Samuel Sekuritas Indonesia Ilham Akbar, Rabu (21/10).
Baca juga: Erick Thohir Perbesar Komposisi Perempuan di BUMN
Secara agregat, emiten properti mencatatkan marketing sales senilai Rp 6,5 triliun di kuartal III-2020, turun -0,6% YoY dan naik +83,6% secara q to q, dengan pertumbuhan tertinggi dicatat oleh LPKR didorong oleh peluncuran produk perumahan dengan harga terjangkau, pada rentang Rp 700 juta-Rp 1,5 miliar.
Menutup periode 9 bulan sepanjang 2020, penjualan produk landed residential & commercial masih bertahan lebih baik dari produk high-rise, dengan penurunan yang lebih rendah. Sehingga produk landed turut mendominasi porsi marketing sales saat ini.
"Secara agregat, kami melihat marketing sales emiten properti dapat bertahan lebih baik dari ekspektasi kami sebelumnya turun -20,2% YoY pada tahun penuh 2020, dengan berfokus pada penjualan landed residential & commercial harga di bawah Rp 2 miliar/unit," kata Ilham.
Relaksasi kepemilikan apartemen oleh Warga Negara Asing (WNA) memberikan dampak positif. UU Cipta Kerja juga mencakup tentang perubahan atas pemberian izin Hak Milik terhadap warga negara asing (WNA) yang berkedudukan di Indonesia, dari sebelumnya pemberian Hak Pakai yang diatur di PP No. 103 tahun 2015.
Perubahan aturan ini positif terhadap permintaan apartemen dalam jangka panjang, meski masih dibutuhkan kejelasan atas detail kriteria WNA yang berhak atas izin Hak Milik tersebut, untuk mengukur seberapa luas cakupan potensi permintaan baru ke depan.
"Kami berekspektasi PT Pakuwon Jati (Tbk) PWON menjadi emiten yang paling terdampak atas aturan baru ini, mempertimbangkan proporsi sebaran land bank, project, dan marketing sales emiten," kata Ilham.
Permintaan terhadap landed property diperkirakan masih lebih resilien. Meski denganadanya insentif baru, diperkirakan permintaan terhadap apartemen masih lambatpulih, setidaknya hingga akhir 2021 atau memasuki 2022.
Baca juga: Kementan Ungkap Strategi Pengembangan SDM di Webinar UGM
Sementara pada landed property, permintaan terhadap residensial dengan harga di bawah Rp 2 miliar/unit diperkirakan masih dapat bertahan, meski dengan kondisi penyaluran kredit perbankan yang masih selektif.
"Marketing sales PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) kami perkirakan masih akan outperfom kedepan, sementara suksesnya peluncuran Summarecon Bogor oleh PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) akan memberi outlook positif akan kontribusi baru pada marketing sales, meski kami melihat Serpong masih akan menjadi kontributor utama," tukas Ilham. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved