Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Multifinance Otomotif Diprediksi Bangkit 2022

Suryani Wandari Putri Pertiwi
28/8/2020 05:30
Multifinance Otomotif Diprediksi Bangkit 2022
Calon pembeli berjalan melintasi deretan mobil bekas yang dijual di bursa mobil bekas, WTC Mangga Dua, Jakarta, Jumat (9/8/2019).(ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

BISNIS industri pembiayaan atau multifinance mendapat pukulan keras akibat pandemi covid-19, tak terkecuali multifinance yang fokus di otomotif. Bisnis ini diperkirakan baru akan bangkit pada 2022.

“Lebih dari separuh multifinance yang berfokus di otomotif, baik kendaraan roda empat maupun dua, mengalami tekanan yang luar biasa. Bahkan, marketnya pada Mei sampai di atas 90% penurunannya,” ungkap praktisi industri finance dan Komisaris Independen PT Smart Multi Finance Jodjana Jody dalam diskusi daring, kemarin.

Namun, lanjut Jodjona, penurunan ini pelan-pelan membaik dan secara kumulatif dia berharap akan terus naik bertahap.

“Dua roda juga marketnya mencapai 6 juta sampai 7 juta. Tentu tahun depan belum bisa mencapai angka normal seperti itu,” katanya.

Ia mengatakan, banyak eko­nom ataupun ahli otomotif di dunia yang menyebutkan bahwa apa yang terjadi pada market 2019 baru akan terulang pada market 2022.

“Indonesia mempunyai waktu bertahan dengan demand yang lemah hingga tahun depan, tetapi saya optimistis karena segala sesuatunya mengacu pada sesuatu yang baik,” katanya.

Saat ini, katanya, terdapat 183 perusahaan multifinance di Indonesia, dengan 103 per­usahaan (56,3%) fokus di pembiayaan otomotif dengan nilai aset mencapai Rp344,8 triliun atau 68% aset multifinance keseluruhan.

Dari yang fokus di pembiayaan itu, 88 perusahaan fokus di otomotif untuk konsumsi, 5 perusahaan fokus di otomotif untuk penggunaan produktif, dan 10 perusahaan fokus di sepeda motor.

“Peluangnya terbuka karena di Indonesia kepemilikan mobil itu baru 90 unit per 1.000 penduduk. Malaysia 560 unit per 1.000 penduduk, Thailand 260 unit per 1.000 penduduk. Jadi, potensi kita bisa tiga kali lipat dari market sekarang,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Jody berharap peluang ini tak menguap begitu saja akibat pandemi covid-19, yang kebanyakan multifinance terganjal isu likuiditas dan permintaan kendaraan yang sempat turun.

Dukungan likuiditas

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan untuk terus melakukan kegiatan pembiayaan di tengah pande­mi covid-19, pelaku industri multifinance memerlukan dukungan likuiditas dari perbankan.

“Soal likuiditas, industri kami sudah besar. Kami butuh kepercayaan dari perbankan. Dengan bantuan dukungan likuiditas dari perbankan, kami percaya bisa melewati masa sulit ini. Kami sangat membutuhkan likuiditas,” kata Suwandi.

Dia juga mengakui tingkat kepercayaan perbankan kepada industri multifinance memang sempat runtuh akibat sejumlah kasus penjaminan ganda (double pledging) dari beberapa oknum multifinance yang terjadi berapa tahun belakangan.

APPI, kata dia, telah melakukan sejumlah langkah, termasuk membangun asset registry. Selain itu, sejumlah perusahaan yang terlibat kasus tersebut, di antaranya Kembang 88 Finance, Arjuna Finance, dan Sun Prima Nusantara Pembiayaan juga mendapat hukuman dari Otoritas Jasa Keuangan lewat pencabutan izin dan telah dinyatakan pailit. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik